Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Rasa Ingin Pulang dan Cara Bang Toyib Mengatasinya

29 Maret 2020   03:50 Diperbarui: 16 April 2020   21:17 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau Iya. Berarti kita Sama. Hehe.

Tetapi belakangan saya memahami, Pulang tidak selalu menyenangkan. Apalagi dalam situasi gawat saat ini. Anda tahu kan? Itu lho, Corona si Virus bulat menyebalkan sudah semakin merajalela hinggap ke tubuh banyak orang-orang di Negeri Kita. Mungkin saja saya atau anda sudah dijangkiti oleh virus ini.

Saya berpikir kalau kita pulang, bisa jadi kita membawa virus dalam tubuh lalu menularkan virus ke keluarga dan seluruh warga kampung. Alhasil suasana kampung  yang adem-ayem berubah jadi huru-hara karena virus tersebar oleh kita tanpa kita sadari.

Tapi kan, saya tidak sakit lho, mas. Saya kangen keluarga. Suasana Di Jakarta ini juga  semakin hari semakin mencekam.
Mumpung Pemerintah belum benar-benar melarang orang-orang balik kampung, saya ingin segera pulang! Saya tidak mau nantinya saya tak bisa pulang dalam waktu lama karena terkunci di sini. Saya sudah kangen keluarga, Mas.
Apa salah kalau saya ingin pulang?

Iya.. iya.. saya paham anda merasa sehat,saya juga. Tapi coba deh baca berita ini (klik di sini).  Dalam berita itu menurut Pemerintah sebanyak 80 persen orang yang positif mengidap corona adalah orang yang tidak memiliki keluhan sakit. Maka dari itu Pemerintah melalui Jubirnya menyarankan agar orang-orang dengan tanpa keluhan ini melakukan isolasi secara mandiri di rumah.

Kalau kita lihat penelitian para ahli di (berita ini),  memperoleh hasil bahwa 86 persen pasien yang terinfeksi SARS-COV-2 atau populer disebut corona ini tidak terdeteksi karena mereka tidak mengeluh sakit, hal ini memicu persebaran wabah semakin cepat.

Artinya, kalau tanah perantauan kita adalah termasuk dalam wilayah dimana kasus positif covid-19 besar, maka kemungkinan besar dalam tubuh kita sebenarnya sudah ada virus ini. Walaupun tubuh kita sehat tetapi masih bisa menularkan ke orang lain, termasuk keluarga kita di kampung.

Kalaupun kita tidak mengidap virus ini, tetapi apakah kita bisa menjamin selama perjalanan dari tanah perantauan ke kampung halaman bisa selamat tanpa tertular dari orang lain yang anda temui? 

Saran saya sih bersabar dan tunda kepulangan dulu sampai situasi sudah aman, biar keluarga kita, anak, istri, suami, bapak, ibu, nenek, kakek, cicit, buyut yang ada di kampung risiko tertular virus ini tidak semakin besar karena kepulangan kita.

Sebagai anak kos yang bertahun-tahun jauh dari keluarga, saya juga memahami rasa kangen kepada keluarga, tetapi demi keamanan dan alasan-alasan yang saya jabarkan di atas, sekali lagi saya pikir, lebih baik agar bersikap sabar.

Sabar | @goresan.dody
Sabar | @goresan.dody

Di sisi lain, saya menyadari ada banyak orang yang tak dapat penghasilan yang memadai di tanah rantau selama terjadinya wabah ini. Kalau sekadar anak kos sih memang bisa bertahan di tanah rantau karena kiriman biaya dari orang tua, tapi bagaimana orang-orang yang berprofesi sebagai pedagang yang dagangannya makin sepi karena wabah ini. Bagaimana cara mereka bertahan tanpa penghasilan di tanah rantau?

Jadi dilema, Maju kena mundur kena. Pulang tidak boleh,sementara kalau bertahan di tanah rantau tak ada penghasilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun