Pokok-pokok agar terciptanya Hubungan Internasional yang baik menurut al-Imam Abu Zahrah:
1. Martabat atau Kemuliaan Manusia
Telah disebutkan dalam al-Qur'an bahwa manusia adalah khalifah Allah yang tugasnya adalah memimpin di bumi (al-Baqarah: 30). Mengenai martabat atau kemuliaan manusia juga banyak disebutkan di dalam al-Qur'an (al-Isra': 70) dan hadits yang berbunyi "kalian adalah Bani Adam dan Adam berasal dari tanah serta kemuliaan atau martabat di lihat dari ketakutan dan tidak ada perbedaan bagi agama tertentu".
2. Setiap manusia merupakan satu kesatuan umat
Islam mengibaratkan manusia seperti satu kesatuan umat yang utuh, dan rasa kemanusiaanlah yang menyatukan manusia menjadi satu kesatuan. Allah menciptakan manusia dengan suku, ras dan bahasa yang berbeda-beda, kemudian Allah mengutus Rasul untuk mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada pada manusia. Adanya perbedaan tersebut agar manusia dapat mengenal satu sama lain dan meskipun berbeda-beda namun manusia tetap satu kesatuan karena semua manusia adalah keturunan Adam dan Hawa (al-Hujurat: 13).
3. Tolong-menolong
Dalam al-Qur'an surah al-Ma'idah dijelaskan tentang perintah untuk saling tolong-menolong. Hal ini dimaksudkan agar manusia dapat berbuat baik dan tidak berbuat buruk. Sesungguhnya perbedaan itu ada agar manusia dapat saling tolong-menolong, dan dengan tolong-menolong dapat memberantas kejahatan dan membangun kebatilan maupun kebenaran sehingga manusia dapat hidup damai.
4. Toleransi
Islam menyeru kepada manusia agar bertoleransi dengan sesamanya baik muslim maupun non-muslim. Contoh toleransi dalam perjanjian yaitu perjanjian Hudaibiyah dan toleransi ketika perang yaitu Fathu Makkah. Dengan adanya toleransi, manusia dapat hidup dengan damai dan sebagai strategi untuk mempererat hubungan.
5. Kebebasan/kemerdekaan
Allah menciptakan manusia disertai dengan akal dan Allah juga memberikan manusia ilmu, maka kita sebagai manusia harus memiliki pemikiran yang bebas (luas). Sesungguhnya kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang diawali kontrol hawa nafsu dan syahwat kemudian tunduk pada akal dan iman. Kebebasan dalam Islam dimulai dari membatasi nafsu diri yang sesuai dengan akal sehat.