Pernahkah kita melihat seseorang yang bukan yang paling pintar, bukan yang paling hebat, tapi entah bagaimana bisa ada di posisi puncak --- Â di kantor?
Di dunia nyata, fenomena ini entah kenapa tidak sukar dijumpai. Kalau di dunia One Piece ada satu tokoh yang jadi simbol fenomena ini: Buggy si Badut.
Ia bukan pejuang terkuat, bukan pemimpin paling visioner, tapi kini... statusnya adalah Kaisar Laut (Yonko) --- gelar yang biasanya hanya dipegang para bajak laut dengan kekuatan luar biasa.
Bagaimana caranya? Jawabannya ada pada tiga kata: politik, branding, dan momentum.
1. Era Magang -- Modal Koneksi
Awalnya, Buggy hanyalah "anak magang" di kapal legendaris Gol D. Roger, berdampingan dengan Shanks muda. Skill bertarungnya biasa saja, bahkan cenderung nyari aman.
Tapi dari sini, terbentuklah satu asetnya tak ternilai: proximity ke legenda.
Dalam psikologi sosial, ini disebut halo effect --- penilaian positif yang melekat hanya karena diasosiasikan dengan nama besar. Sama seperti karyawan magang di perusahaan besar yang, meski belum terbukti, sudah dianggap "berpotensi" karena stempel brand di CV-nya.
2. Era Kapten Gagal -- Tetap Eksis di Peta
Setelah era Roger bubar, Buggy membentuk bajak laut sendiri di East Blue. Prestasinya? Tidak banyak. Bahkan kalah dari Luffy di pertemuan awal.
Namun, ia punya satu kelebihan yang sering diremehkan: tidak menghilang dari radar.
Di dunia kerja, banyak orang menghilang setelah kegagalan pertama. Buggy tidak. Ia tetap muncul di berbagai panggung, walau bukan sebagai pemeran utama. Ini seperti pegawai yang tidak selalu menang tender atau proyek, tapi terus hadir di ruang rapat penting.