Setelah periode dramatis itu, Timnas Indonesia seringnya bikin sebel. Banyakan ngeselinnya ketimbang nyenenginnya, begitulah kira-kira. Memang begitulah realitasnya.Â
Lalu, kemanakah mereka, para talenta muda, yang dulunya pernah berjaya dan meletakkan satu harapan besar soal kebangkitan Timnas Indonesia? Kenapa pula mereka yang kemudian diberi kesempatan mencicipi Timnas Senior justru terlihat melempem?
Kenapa pola dan kebiasaan seperti ini seolah menjadi "takdir" sejarah karena para pemain bagus tiba-tiba seperti "apes" saat sedang berbaju Timnas Senior? Kenapa bisa terjadi?
Apakah karena faktor personal dari pemainnya? Apakah karena PSSI atau semua stakeholder dalam dunia sepak bola kita yang kurang peduli? Atau, apakah karena terjadi penurun gizi?
Mungkinkah juga karena faktor berubahnya pola kebiasaan serta semakin longgarnya komitmen untuk berprestasi? Barangkali salah memilih pemain sehingga tidak padu dengan tenaga yang masih muda dan baru?
Lalu, sampai kapan akan selalu seperti ini? Pemain-pemain seperti Greg, Beto, Lilipaly, atau mungkin saja Irfan Bachdim bisa dianggap wajar kalau ngos-ngosan jika dilihat dari faktor usia yang tak lagi muda.
Tapi Zulfiandi, Hansamu, Evan Dimas, dan lainnya yang baru kemarin sangat ganas mestinya masih trengginas saat tampil di Timnas Senior, secara usia mereka masih sekitar 24 tahunan. Usia yang mestinya tidak pantas untuk loyo secara fisik dan mental.
Jangan-jangan pola seperti ini juga akan berlaku pada pemain muda bertalenta lainnya yang saat ini memberikan harapan baru terhadap kebangkitan Timnas Senior kita seperti Bagas, Witan, Egy Maulana, Rafli, Sadil Ramdani, Asnawi, Firza, Osvaldo. Jangan. Plis, jangan. Bangsa ini membutuhkan kebangkitan. Jangan melemah saat menjadi bagian dari Timnas Senior.Â
Salam,
Mustafa Afif. Kuli Besi Tua.