Mohon tunggu...
Humaniora

Menulislah! Maka Kau Akan Abadi

5 Agustus 2017   20:53 Diperbarui: 5 Agustus 2017   20:57 1557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
inspirasi.co/dennicandra

Setengah setelah membaca 50% dari isi buku akan hilang dari ingatan. Setelah 24 jam, pembaca akan melupakan 80% isi buku. Oleh karena itu, supaya tidak lupa, ikatlah ilmu dengan  menuliskannya, pepatan menyebutkan, "ilmu itu seperti burung, tangkap ia dengan cara menulisnya". Begitulah yang namanya pengetahuan, ia dengan begitu mudahnya terbang dari memori kita jika lengah dalam menjaganya, mencatat adalah salah satu upaya dalam melawan lupa sehingga ilmu tidak menghilang begitu saja.

Sejarah seorang tak akan dikenal di masa mendatang tanpa adanya tulisan, sehebat apapun dan semasyhur apapun. Seorang tokoh yang hebat lambat laun akan tenggelam oleh zaman tanpa menulis. Berbeda dengan mereka yang menulis seperti pada masa Abbasiah dan Umayyah Cordoba, gairah untuk menulis para ulama pada masa itu sangat luar biasa. Hal ini terbukti dengan ratusan jilid kitab yang masih bisa kita lihat sampai sekarang,

Ilmu mereka sampai hari ini masih bisa kita baca karena telah dicatat dengan rapi, andai saja mereka tidak menulis mungkin mazhab mereka akan punah dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu. Menulis sudah menjadi rutinitas bagi ulama-ulama zaman dulu. Bahkan sampai ada sebuah pepatah "Wiridnya seorang guru adalah dengan membuat karangan, sementara wiridnya seorang murid adalah dengan menulis catatan". Jadi wajar saja ulama dulu banyak menulis karena memang kesibukan mereka adalah mengajar ilmu, menulis modul-modul pelajaran agar mudah untuk di ajarkan.

Demikian juga dengan murid-murid pada masa itu, mereka tak jemu-jemu menulis catatan demi menguatkan ingatan agar ilmu tidak hilang. Imam syafie sebagai pendiri mazhab syafie beliau mempunyai karangan yang fenomenal tentang fiqih yakni Kitab Al-Umm, nah kitab ini oleh muridnya yaitu Al-Muzanni dibuat sebuah ringkasan yang diberi nama Mukhtasar Al Muzanni yang isinya lebih ringkas dengan tujuan untuk semakin memudahkan.

Mereka boleh jadi telah meninggal puluhan, ratusan, atau ribuan tahun yang lalu. Namun tulisannya tetap dikenang dan memberi nuansa pemikiran bagi generasi setelahnya. Apa yang mereka tinggalkan menjadi inspirasi buat generasi selanjutnya. Bayangkan jika mereka tidak pernah menuliskan itu semua. 

Dijamin kita tidak akan mengenal mereka dan pemikiran yang telah mereka sumbangkan dan bayangkan jika orang tersebut menuliskan apa-apa yang dia kuasai. Tentu dampaknya akan lebih luas. Ia bisa membawa pengaruh dan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat. Keahliannya akan terus tercatat buat generasi selanjutnya. Meskipun orang hanya mengenalnya dari tulisan.

Setiap orang punya cerita. Setiap orang punya pengalaman hidup. Setiap orang punya keahlian. Setiap cerita, pengalaman dan keahlian dapat ditularkan kepada orang lain lewat menulis. Sebuah tulisan, akan mampu meneruskan cerita, pengalaman dan keahlian seseorang melebihi usianya sendiri. Barangkali itulah yang dimaksud oleh Pramoedya Ananta Toer bahwa "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.".

 Segera menulis! Tak perlu strategi khusus, Tidak perlu pakai teori yang aneh-aneh. Cukup paksakan dan biasakan diri Anda untuk menulis. Ambil buku catatan, hidupkan komputer, dan mulailah menulis. Tidak usah terlalu banyak dipikirkan atau dikritisi. Yang penting mulailah belajar menuangkan gagasan Anda, pemikiran Anda, perenungan Anda. "sing penting nulis" apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan. Seperti kata J.K. Rowling "Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri". Teruskan pemikiran dan perenungan Anda kepada generasi selanjutnya bahkan setelah Anda tiada. Ilmu manfaat yang terus menerus diakses dari tulisan tersebut yang digunakan untuk kemaslahatan umat manusia merupakan amal tiada terputus yang menjadi keutamaan kita di akhirat.

Sumber :

https://www.inspirasi.co/dennicandra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun