Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Sociologist and Researcher, Ph.D in Sociology, National University of Malaysia (UKM)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mudik Lebaran dan Silaturrahim Beri Manfaat Spiritual dan Ekonomi

9 Juni 2016   10:44 Diperbarui: 9 Juni 2016   19:22 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musni Umar bersama Bachtiar Nasir & presenter usai taping "Mudik Lebaran dan Silaturrahim" di TV ONE (01/6/2016)

Mudik lebaran dalam rangka silaturrahim merupakan budaya bangsa Indonesia yang berakar dari Islam. Ia tidak lekang karena panas dan tidak lapuk karena hujan. Sebelum atau sesudah lebaran Idul Fitri, berbagai lapisan masyarakat Indonesia, mudik ke kampung halamannya.

Kemajuan teknologi melalui internet dan media sosial belum bisa menggantikan budaya mudik dan silaturrahim di kalangan bangsa Indonesia. Setiap lebaran Idul Fitri, puluhan juta bangsa Indonesia mudik untuk silaturrahim di kampung halamannya.

Pertanyaannya, mengapa budaya mudik dan silaturrahim tetap lestasi, tidak tergerus dengan tersedianya teknologi internet, telepon seluler dan media sosial seperti facebook, twitter, dan sebagainya. 

Menurut saya, setidaknya ada lima manfaat spiritual yang diperoleh, sehingga budaya mudik dan silaturrahim tetap lestari. 

Pertama, mudik sudah diresapi menjadi bagian dari kehidupan tahunan --kembali ke kampung halaman pada saat Idul Fitri. Kampung halaman mengandung sejuta 'makna' dalam kehidupan. Bukan saja karena tempat dilahirkan dan dibesarkan, tetapi juga sebagai sumber insirasi dan spirit untuk bangkit dan maju. Momentum Idul Fitri, selalu ingin kembali ke 'asal' untuk memperbaharui spirit dan menumbuhkan kembali spirit baru, melalui medium silaturrahim di kampung halaman.

Kedua, mudik sebagai reaktualisasi 'kembali' kepada ke 'asal' yang bersifat transendental yaitu Allah sebagai Sang Pencipta. Manusia diciptakan 'tak obahnya sang musafir', cepat atau lambat akan kembali ke 'asal', yaitu Allah --Sang Khalik. Itu sebabnya, ketika seseorang meninggal dunia, selalu diucapkan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un” (Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya).


Ketiga, mudik merupakan simbolisasi kembali kepada 'kefitrahan' sejati. Sesudah puasa Ramadhan 29 atau 30 hari lamanya, insya Allah diampuni segala dosa kita dan diterima amal ibadah kita. Akan tetapi, dalam rangka mencapai 'kefitrahan' sesudah puasa Ramadan yang tak obahnya anak baru dilahirkan seperti juga dikemukakan John Locke yaitu 'manusia yang baru lahir bagaikan tabularasa', seperti sebuah kertas yang putih bersih, maka manusia harus meminta maaf kepada kedua orang tua, family, sanak keluarga, teman, kenalan dekat dan jauh, sehingga dicapai konsep 'fitrah' yang paripurna - -tidak memiliki dosa dihadapan Allah dan dihadapan manusia. Untuk mewujudkan 'kefitrahan paripurna', tidak cukup puasa Ramadhan, tetapi harus disertai dengan silaturrahim dengan mudik di kampung halaman untuk saling bermaaf-maafan.

Keempat, mudik mengenang kembali masa kecil yang indah walaupun hidup susah. Juga untuk mengenang kembali suasana kehidupan kampung halaman yang penuh dengan suasana egaliter, kebersamaan, persaudaraan dan kedamaian. Di kampung halaman tidak ada kemacetan, stres, apalagi depresi, sekalipun hidup di kampung tidak sebaik hidup di kota besar seperti Jakarta.

Kelima, mudik ada kepuasan spiritual karena bisa bersilaturrahim dan ziarah kubur orang tua, kakek, nenek dan mereka yang dihormati dan disayangi, sambil mendoakan dan berharap mendapat keberkahan, kemajuan dan keselamatan dalam menjalani kehidupan.

Manfaat Ekonomi
Mudik dan silaturrahim yang telah menjadi budaya bangsa Indonesia, walaupun mengandung dampak negatif seperti macet di sepanjang jalan menuju kampung halaman, menimbulkan kesibukan yang luar biasa menjelang, saat dan pasca lebaran, terjadi kecelakaan dan musibah di darat, dan di laut, tetapi manfaatnya jauh lebih banyak termasuk dalam bidang ekonomi.

Menurut saya, mudik lebaran, mempunyai manfaat ekonomi yang besar, terutama di daerah atau di kampung halaman yang dituju pemudik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun