Saya adalah investor ritel yang tidak memakai cut loss dalam jual beli saham. Ketika harga saham jatuh saya terus menahannya, saya tidak menjual saham kecuali dalam keadaan untung.
Rugi, tentu saja, bahkan ada yang sampai tidak bisa diperdagangkan. Sebagian lagi tinggal menunggu saham tersebut keluar atau dikeluarkan dari bursa.
Sebagai investor yang mengejar dividen, dan membeli saham ketika ada pengumuman pembagian dividen, harga saham yang turun setelah cum date adalah hal yang biasa terjadi pada saham yang saya beli.
Bahkan sebagian besar saham turun harga melebihi dividen yield yang didapat. Tetapi itu adalah resiko yang memang sudah siap saya terima, bahkan sebelum saya membeli sahamnya.
Cara investasi seperti saya, yang tidak menjual saham dalam posisi untung memang beresiko tinggi. Sebagian besar investor memiliki batasan dalam jual rugi saham (cut loss). Saya sendiri tidak menggunakan cut loss. Saya akan terus menahan saham yang mengalami penurunan harga.
Dalan meminimalisir kerugian, saya hanya membeli saham satu dua lot saja. Ketika harga turun saya menahannya, ketika naik saya menjualnya. (Saya juga tidak menjual saham dengan keuntungan dibawah satu persen).
Dengan modal minim saya, dalam portofolio, saya mengoleksi ratusan saham berbeda, dan sebagian besar merah (harga dibawah harga beli yang saya lakukan).
Ketika ada keuntungan satu dua persen saya menjual saham, ketika ada modal entah dari jual saham atau dividen yang cair, saya membeli saham baru (utamanya yang akan membagi dividen).
Fokus saya adalah dividen, walau Dividen yield kecil dan harga saham cenderung dalam posisi mahal, ketika saya tidak punya, saya membelinya. Tentu saja hanya satu dua lot saja.
Setelah mendapat dividen, tentu saja harapannya harga saham akan naik, tetapi sebagian saham turun harga setelah cum date.
Walau turun ini biasanya hanya masalah waktu, beberapa saham akan kembali naik dalam waktu seminggu dua Minggu atau dalam waktu bulanan.