Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mahalnya Kemampuan Meminta dan Memberi Maaf

29 April 2023   18:47 Diperbarui: 29 April 2023   18:50 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebiasaan saling bermaafan,  jenis keahlian khusus yang dipelajari sejak lahir sampai liang lahat. Cred. Shutterstock 

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. - Q.S.  Al-A'raf: 199

Al Qur'an sudah banyak mengingatkan,  dikuatkan pula dengan banyak hadits shahih. Betapa utamanya kita saling bermaaf-maafan. Bahkan,  hari Iedulfitri sebagai penanda harapan terbaik tiadanya dosa di ikatan hablum minallah,  disandingkan pula dengan hablum minannas. Kurang afdol,  jika tak langsung bertukar lisan saling meminta dan memaafkan. 

Padahal,  manusiawinya,  tak ada satu pun dari kita yang terlepas dari dosa. Berikutnya,  kita lebih sering merasa telah berbuat baik,  dibandingkan memindahkan pikiran yang sama terdapat pula di orang lain. Ketika ada sesuatu yang salah,  lebih banyak kita yang mudah menyalahkan pihak atau orang lain. Pokoknya bukan kita. 

Tunggu. Jaman now,  masih suka muncul ndak ya,  celetukan 'Kita?  Elu doang kallleee... '

Baiklah,  pakai 'saya' saja,  biar aman. Iya,  sudah di usia hampir setengah abad,  jujurly,  sikap memaafkan masih termasuk jenis skill yang luar biasa sulitnya. Apalagi jika dibandingkan meminta maaf. Meminta maaf sudah berhasil saya setel di kebiasaan 'Murah meriah,  ndak mahal,  karena nggak perlu beli'.  Pernah menjadi seorang Customer Service (CS)  di kantor yang menjual jasa pertukaran currency forex online,  meminta maaf adalah bagian utama dari SOP pekerjaan. 8 jam,  Senin sampai Sabtu,  hampir belasan tahun. 

Meminta maaf juga cenderung lebih mudah,  karena termasuk pula ke dalam 'Three Magic Words';  Mohon maaf,  Minta Tolong dan Terima Kasih. Jargon yang sangat umum,  apalagi bagi seorang perempuan yang menjadi calon ibu. Suka baca pula. Atau ditambah dengan mengambil kuliah di fakultas kependidikan. Sejatinya,  sebagian besar kita telah diajari meminta maaf, relatif sejak masa balita. 

Lalu, bagaimana bisa memaafkan sulit?  Kalau sekadar berucap 'Iya, sudah saya maafkan',  mudah. Bagian sulitnya,  melapangkan hati,  bersikap seperti biasa sebelum terjadi konflik, kemudian siap kembali untuk berada di momen akan ada perbedaan begitu begini. 

Bareng Adnin dan Zila,  santriwati di kegiatan Bincang Literasi Santriwati di Pancor,  Lombok Timur. Peace.. Dokpri
Bareng Adnin dan Zila,  santriwati di kegiatan Bincang Literasi Santriwati di Pancor,  Lombok Timur. Peace.. Dokpri

Saya masih mengalaminya.  Saya sadar, tapi saya belum mampu. Jadi,  ketika satu konflik terjadi,  diikuti proses saling meminta maaf dan memaafkan,  saya cenderung menarik diri dulu. Diam.  Saya memilih pasif. Hanya merespon ketika disapa duluan. Kebetulan,  aslinya ya bak bunga putri malu. Seketika menguncup,  di sentuhan halus,  apalagi gradakan. 

Jadi repot,  kalau dua pihak berkonflik sesama orang yang pemalu.  Biasanya akan butuh orang ketiga,  untuk melumerkan keadaan. Misal tidak ada orang ketiga,  akhirnya cukup saling mendoakan dari jauh saja. Rasanya sudah cukup. Terutama kalau pembandingnya,  jika sama-sama saling menyakiti ulang. Aduh,  jauh-jauh deh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun