Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Latih Anak dengan "Ceramah by Doing" Bukan "Doing by Ceramah" di Bulan Ramadan

2 Mei 2021   20:29 Diperbarui: 2 Mei 2021   20:33 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ceramah by Doing orang tua pada anaknya tentang menjaga keseimbangan alam. Sumber: unsplash.com/@svalenas

Pepatah bilang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Arti sederhananya adalah sang anak akan berperilaku tak jauh berbeda dari orang tuanya kecuali buah itu diambil oleh monyet lalu dibawa pergi jauh-jauh dari pohon asalnya. Mantra ini sudah tertanam di otak dan turun-temurun dipegang secara kuat oleh generasi ke generasi.

Tidak ada yang salah dari kata-kata tersebut karena anak-anak akan meniru apa yang orang tua lakukan. Anak-anak akan merekam apa saja yang orang tua lakukan kemudian dari memori terciptalah sebuah aksi. Tapi kita tidak tahu, bisa jadi anak-anak akan meniru tingkah laku dari circle pertemanannya atau tetangganya yang mungkin toxic atau memberi pengaruh buruk. 

Mirip dengan analogi buah jatuh yang diambil monyet lalu dimakan dengan jarak cukup jauh dari pohon asalnya. Tapi sebelum jauh pada kesimpulan ini, mari kita simak dulu apa betul anak-anak akan meniru tingkah laku orang tuanya.

Sedari kecil, anak akan terus dijejali dengan petuah-petuah dan nasihat jitu. Telinga anak sampai kepanasan disuruh ini, tidak boleh itu, kalau begini nanti masuk neraka, kalau begitu nanti dimakan setan, dsb. Cara ini tidak salah namun jika keterusan maka bisa-bisa anak justru akan memberontak.

Nabi Muhammad saja tidak setiap hari berceramah tentang surga dan neraka. Ada kalanya Nabi beristirahat dari tugas menyerukan kebenaran lewat kata-kata tapi Nabi tidak pernah berhenti mencontohkan perbuatan baik lewat tindakan nyata. Makanya Hadis disebut bukan perkataan Nabi saja tapi juga berkaitan dengan perbuatan dan ketetapannya.

Nabi Muhammad tidak menyuruh umatnya untuk hidup miskin atau tanpa harta benda. Namun di kehidupan sehari-hari, Nabi Muhammad tidak begitu terbutakan oleh harta benda. Padahal logikanya, jika Nabi Muhammada sudah memiliki ribuan pengikut pada waktu itu, dan didaulat sebagai pemimpin, beliau bisa saja mendapatkan harta dan tahta yang menumpuk.

Tapi Nabi Muhammad memilih hidup dengan sederhana, tidak terbuai oleh kenikmatan dunia tapi tidak pula meninggalkan kehidupan dunia. Nabi Muhammad tetap berinteraksi dengan masyarakat dari semua kalangan tanpa perlu berceramah ini dan itu setiap hari untuk mengajak umatnya hidup sederhana dan bergaul dengan siapa saja.

Saya sendiri mengalami momen seperti ini, sewaktu kecil orang tua tidak pernah menasihati atau mencermahi saya untuk tidak mencuri atau menyuruh untuk berbagi. Tapi orang tua langsung mengaplikasikannya dengan mendirikan yayasan misalnya, lagi-lagi dari yayasan orang tua mencontohkan perbuatan saling kasih dengan memberi.

Tindak laku tersebut tertanam sampai akhirnya saya terjun di dunia kerelawanan di kampus.  Secara tidak langsung, orang tua terus berbicara pada saya untuk terus berbuat kebaikan antar sesama. 

Istilah ini sering dikenal dengan sebutan "learning by doing" belajar sesuatu dari mengerjakan sesuatu. Sebutan ini berlaku pada seluruh umat manusia di muka bumi. Namun karena temanya Ramadan, saya mengubahnya dengan "ceramah by doing."

"Ceramah by doing" ini bukan saja urusan orang tua, tapi juga orang-orang di sekitar kita. Circle pertemanan, tetangga, atau kerabat dapat membentuk pola tindak laku kita. Maka jangan heran jika melihat anak ulama besar tapi si anak malah bertingkah seperti preman, yang kerjaannya memalak orang lain yang sedang kesusahan. 

Karena si orang tua sibuk dengan agenda ceramahnya di luar maka si anak akan lebih meniru perbuatan dalam circle-nya di luar. Orang tua pun jarang memberikan learning by doing atau ceramah by doing karena si orang tua terlalu sebentar menghabiskan waktunya di rumah.

Anekdot ini mirip dengan buah yang jatuh lalu dibawa monyet kabur ke pohon buah lainnya. 

Lalu bagaimana menerapkan ceramah by doing di bulan Ramadan ini?

Jawabannya singkat, jangan keseringan menyuruh atau menceramahi si anak untuk melakukan ini dan itu tapi contohkan kebaikan-kebaikan lewat tindak laku. Anak-anak akan menangkap pesan tersirat dari apa yang orang tua lakukan ketimbang melakukan apa yang diperintahkan. Atau bisa jadi si anak akan melakukan apa yang diperintahkan tapi dengan hati yang kurang tulus, bisa karena takut dimarahi atau karena diberi hukuman.

Saya punya tetangga yang mirip-mirip seperti ini, di mana dia akan menuruti perintah orang tua jika berada di depannya sedangkan jika di luar dia akan melanggar semua perintah-perintahnya. Biasanya tipikal anak ini adalah anak yang sering dimarahi orang tuanya sehingga mentalnya kadang jatuh.

Semoga di bulan Ramadan ini, banyak orang tua tidak sekadar menceramahi si anak tapi juga mencontohi si anak. Lucu juga misal orang tua melarang anak main ponsel tapi si orang tuanya sendiri main ponsel seharian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun