Usut punya usut, mereka punya seribu satu cara untuk menghindari dari razia larangan mudik. Salah satu rekan saya mengatakan mereka mudik ke daerah Jawa Tengah dengan melewati jalan-jalan tikus. Cara tersebut dilakukan berkali-kali, karena ada saja sekali ketahuan. Namun ada juga yang mencoba sekali saja tapi bejo bisa lolos. Kok bisa?
Apa sih yang tidak bisa bagi penduduk +62, namun jangan ditiru yah! Mereka punya koneksi yang kuat dan hafal betul bagaiamana bisa mudik tanpa disuruh putar balik. Mereka tidak membawa barang banyak supaya dikira penduduk lokal yang sedang tidak dalam perjalanan mudik ke kampung halaman. Tapi mereka tidak bilang pulang kampung, karena baik mudik atau pulang kampung jika ketahuan polisi maka pasti disuruh putar balik.Â
"Yang penting tidak sampai ketahuan," begitu tutur salah satu rekan yang tidak ingin disebut namanya.
Tentu saja, cara ini akan sulit (mungkin sangat mustahil) bagi mereka yang memakai kendaraan bus, kereta atau pesawat karena tahun lalu memang betul-betul transportasi publik dibatasi minggu-minggu menjelang Idul Fitri kecuali bagi mereka tenaga kesehatan dan pihak yang mengurusi Covid-19 dengan melampirkan surat tugas super ribet.
Mungkin jika larangan itu disahkan pada 6-17 Mei nanti, transportasi publik pun akan sama-sama dibatasi. Kalau pun tidak ditiadakan, maka suasananya akan kembali seperti tahun lalu, hanya orang-orang berkepentingan yang bisa menggunakannya. Alhasil, satu-satunya jalan untuk bisa lolos mudik di hari-hari pelarangan mudik dengan cara menggunakan motor atau mobil pribadi.Â
Jika beruntung lolos mudik Alhamduillah tapi selalu ingat harus karantina mandiri dan patuhi prokes, namun jika tidak lolos mudik tahun ini, ambil hikmahnya saja.Â