Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Ospek Virtual Malah Berbahaya bagi Kesehatan Mental

17 September 2020   18:41 Diperbarui: 17 September 2020   18:44 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dimarahi, sumber: pixabay.com/geralt

Orientasi pengenalan kampus merupakan gerbang awal menuju dunia perkuliahan. Setiap kampus kadang memiliki namanya sendiri-sendiri, ada yang menamakan Ospek, Opak (untuk UIN Jakarta dan sekitarnya), ada OKK (untuk UI), ada PKKMB (untuk Unesa dan sekitarnya).

Nama-nama tersebut kurang lebih maknanya sama yakni pengenalan kampus. Kenapa kita perlu mengenal kampus? Bukankah saat ini sudah masanya teknologi informasi, semua bisa diakses melalui genggaman tangan, jika ingin mengenal tinggal buka saja situs atau media sosial milik kampus.

Dasar diadakannya pengenalan kampus adalah sebuah upaya untuk beradaptasi seorang siswa sebelum akhirnya didaulat menjadi mahasiswa. Di era pandemi ini, pengenalan kampus masih kekeh diadakan.

Di tengah pro-kontranya orientasi pengenalan kampus, terselip sebuah kabar kurang mengenakkan ketika ada seorang maba dibabat (baca dimarahi) habis-habisan oleh seniornya.

Kabar itu terjadi di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya. Beredar luas video cuplikan ketika sang senior memarahi junior yang kedapatan tidak memakai ikat pinggang.

Beberapa meme juga ikut-ikutan beredar menjadi viral. Sebuah konsekuensi berada di zaman 4.0 dengan kecepatan transformasi informasi dan komunikasi.

Tapi sadar tidak bahwa ospek virtual ini kadang memiliki dampak yang kurang bagus bagi kesehatan mental.

Pertama, dampak dimarahi atau dibentak senior. Baik ospek virtual maupun non virtual, kadang senioritas masih saja terjadi. Akibatnya senior merasa berkuasa atas juniornya. Karena berkuasa, si senior bebas memarahi junior yang melanggar ketertiban atau berperilaku kurang sopan.

Si senior memiliki kecenderungan untuk memarahi dengan alasan bahwa dirinya juga dulu dimarahi ketika menjadi junior. Padahal namanya dendam itu tidak baik, terutama jika diluapkan kepada orang lain. Lingkaran seperti ini akan terus terjadi kalau dibiarkan begitu saja.

Dikutip dari health detik, dimarahi bisa memicu datangnya gangguan kecemasan dan depresi pada seseorang. Selain itu juga bisa memengaruhi kesehatan fisik, seperti menyebabkan gangguan tidur, sakit kepala, dan nyeri otot.

Apalagi bagi orang yang kesehariannya sering dimarahi oleh orangtua atau bahkan mengalami kekerasan dalam keluarga kemudian ditambah dimarahi oleh seniornya di kampus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun