Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ternyata Begini Sosok Gilang Bungkus, Si Predator Seksual Menyimpang di Lingkungan Kampus

1 Agustus 2020   10:47 Diperbarui: 1 Agustus 2020   10:47 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar korban yang menuruti perintah Gilang, sumber: Twitter via Kompas.com

Kemampuan Gilang merangkai kata-kata dengan sedikit intimidasi dan paksaan membuat korban akhirnya mau tidak mau menuruti apa yang Gilang perintahkan. Ia selalu mencoba meyakinkan bahwa penelitiannya itu rumit, tak mungkin dipahami oleh si Maba. Dengan kemampuan ngalor-ngidul itu, Gilang mendapatkan korbannya.

Kedua, mahasiswa FIB tapi kok penelitiannya seperti bidang psikologi? Ini yang menjadi kerancauan. Dan apakah mahasiswa FIB meneliti bungkus-membungkus atau lakban-melakban. Apakah ada budaya seperti itu yang masuk akal?

Barangkali kalau si Gilang ini mahasiswa arkeologi mungkin masih agak wajar, misalnya pembungkusan mumi zaman dulu. Tapi yang membuat tidak masuk akal justru lakbannya itu. Apa zaman dulu ada mumi yang dilakban?

Si korban mungkin sebenarnya sudah merasa curiga dan aneh dengan topik penelitian kakak tingkatnya itu namun karena lagi-lagi kembali ke asas junior yang merasa sungkan pada senior maka apa saja dituruti olehnya.

Ketiga, Gilang yang ada kelainan? Poin ketiga ini masih diusut tuntas oleh pihak kepolisian. Tapi jika melihat aksinya selama ini, si Gilang sepertinya kemungkinan besar memang ada penyakit menyimpangnya.

Lah bagaiamana tidak menyimpang jika kata salah satu korban mengatakan bahwa korban fetish Gilang ini lebih dari 20 orang. Pun ketika Gilang ketahuan bahwa perintahnya itu bukan bagian dari riset si Gilang enggan menjawabnya.

Terlepas dari siapa itu Gilang dan apa latar belakangnya, yang perlu diperhatikan adalah si korban yang mungkin masih mengalami trauma manakala foto atau videonya dijadikan objek fetish si predator.

Lembaga bantuan hukum perlu memberikan bantuan psikologis untuk para korban. Apalagi jika si korban adalah Maba. Bagaimana jika setelah pandemi reda, si korban takut ke kampus, takut bertemu Gilang-Gilang lainnya? Tentu saja kita semua tidak ingin itu semua terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun