Mohon tunggu...
Mita
Mita Mohon Tunggu... Administrasi - -

Just share my thoughts

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lebaran Kali Ini Tidak Bisa Beli Baju Baru

23 Mei 2019   19:11 Diperbarui: 23 Mei 2019   19:21 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Sudah setengah bulan menjalani puasa tapi bagi Rumi belum ada semangat. Saat menyambut datangnya bulan Ramadhan pun ia tidak antusias, seperti ada yang mengganjal dalam batinnya. Ia memikirkan kondisi keluarganya saat ini yang ekonominya sedang morat-marit semenjak Ayahnya tidak lagi menjadi karyawan.

Sudah 8 bulan ayahnya keluar dari pekerjaan tetapnya, entah apa alasannya. Lelaki 45 tahun itu tidak menjelaskan kepada keluarganya mengapa ia keluar dari pekerjaan tetap yang bisa memberikan ia tunjangan. Dan sekarang ia beralih profesi sebagai pengemudi ojek online. Karena keputusan ayahnya demikian membuat Rumi kesal dan berfikir bisa saja ayahnya dipecat, bukan mengundurkan diri. Semenjak itu uang jajannya dikurangi, bayaran sekolah selalu telat, dan untuk hari lebaran kali ini sepertinya ia tidak akan mendapatkan baju baru. Jangankan baju baru, untuk mudik ke Trenggalek saja tahun ini mereka tidak mampu.

Ia kecewa dengan sang Ayah yang memutuskan sesuatu tanpa memikirkan ia, ibunya, dan dua adiknya. Tidak ada baju baru, tidak bertemu nenek, dan tidak ada uang lebaran. Idul Fitri tahun ini akan terasa tidak lengkap. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Tidak lengkap rasanya jika hari lebaran tidak punya uang.

Rumi yang masih pelajar, mengisi hari-hari di bulan Ramadhan dengan mengikuti pesantren kilat di sekolahnya. Setelah itu ia pulang ke rumah membantu ibu menjaga adik-adiknya. Saat waktunya berbuka ia hanya ditemani oleh ibu dan dua adiknya, ayahnya selalu pulang malam malah terkadang tidak pulang, satu hari penuh di jalanan.

Namun kadang Rumi berfikir ayahnya tidak peduli dengan keluarga, sudah keluar dari pekerjaan mendadak dan semenjak menjadi pengemudi ojol ayahnya lebih tidak banyak bicara dan sering tidak pulang. Untuk melampiaskan kekecewaan terhadap ayahnya ia hanya membalas pertanyaan ayahnya dengan singkat. Seperti saat ayahnya bertanya "gimana puasanya lancar gak kak ?", Rumi hanya menjawab "iya" setelah itu masuk ke dalam kamar.

Keesokan harinya keluarga Rumi berbuka puasa di rumah lengkap dengan sang ayah. Kali ini ayahnya lebih sumringah dari biasanya. Ada cerita menarik yang disampaikan sang ayah bahwa ia baru saja diwawancarai oleh seorang wartawan dari koran ibukota dan hasilnya akan diterbitkan besok pagi. Rumi senang mendapat kabar tersebut namun fokus kegembiraannya adalah bukan karna ayahnya akan masuk koran, namun karna ia berfikir jika ayahnya dimintai wawancara mungkin saja ayahnya mendapat uang bayaran. Yah, saat ini di benak Rumi hanyalah uang.

Ia ingin menabung untuk ikut acara trip ke Bandung saat perpisahan sekolah di pertengahan tahun nanti. Ia mengerti akan keadaan kekuangan keluarganya saat ini, namun ia pun bingung karena tidak diijinkan bekerja paruh waktu oleh orang tuanya walaupun hanya sekedar bekerja sebagai penjaga toko.

Di pagi harinya Rumi berangkat ke sekolah dengan antusias. Sebelum naik angkot ia mampir membeli koran 'Berita Kota', koran yang cukup terkenal di kota. Ternyata benar apa yang ayahnya katakan, wajahnya terpampang nyata di halaman depan meskipun di foto tidak bisa menyembunyikan wajah lelah. Ayah Rumi masuk ke salah satu artikel koran dalam rubrik 'Sosok Hari Ini'. Rumi pun semangat membaca.

Dalam isi artikel tersebut adalah wawancara mengenai kesan-kesan driver ojol menjalankan ibadah puasa sambil bekerja di tengah kejamnya jalanan. Ayah Rumi menceritakan banyaknya jumlah pengemudi ojek online maka persaingan untuk mendapat orderan semakin ketat. Maka dari itu ia harus kerja ekstra demi memberikan kebutuhan lebaran untuk keluarganya nanti. Terkadang ia tidak pulang dan menginap di jalanan hanya untuk lanjut mencari order tengah malam.

Menurutnya saat waktu menjelang sahur justru banyak customer order Go-Food ditambah saingan tidak terlalu banyak seperti pada saat menjelang waktu berbuka. Kemudian wartawan menanyakan lagi, apakah akan pulang kampung. Untuk tahun ini ia tidak pulang ke kampung karena tidak punya cukup uang. Dan dilanjutkan pertanyaan-pertanyaan ringan lainnya. Rumi pun tak terasa menitikan air mata saat membaca wawancara ayahnya. Ia menyesal sudah marah pada ayahnya dan telah berfikir buruk. Ayahnya kerap tak pulang karena bekerja terlalu ekstra untuk keluarga. Sedih Rumi membayangkan ayahnya sampai harus tidur di luar rumah demi mencari order.

Ayahnya adalah sosok pendiam yang sulit mengungkapkan isi hati, namun dibalik itu ia mempunyai sejuta rasa sayang. Saat itu juga ingin rasanya ia minta maaf pada ayahnya namun Rumi sama dengan ayahnya yang tidak mudah untuk mengungkapkan perasaan. Rumi pun hanya berani mengirim pesan via Whatsapp menanyakan sedang ada di mana. Kali ini ia ingin menjaga hubunga komunikasi dengan ayahnya agar lebih intens. Satu setengah jam whatsapp nya belum dibaca. Saat jam istirahat ia menelepon ayahnya namun tidak aktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun