Saya dan beberapa teman Kompasiana Jawa Timur, yang tergabung dalam Cak Kaji, janjian ketemu di Siola. Gedung bersejarah di jantung Kota Surabaya itu bagian lantai satunya menjadi pusat layanan publik yang dikenal dengan nama MPP.
DI bagian MPP paling barat, terdapat satu sudut istimewa. Namanya Pojok Baca Digital, atau yang akrab disebut Pocadi. Kalau masuk dari pintu utara, agak jauh jalannya. Tapi kalau dari pintu barat, langsung ketemu Pocadi ini.Â
Pocadi bukan sekadar pojok biasa. Tapi merupakan salah satu terobosan besar di bidang Literasi Untuk Semua yang diinisiasi oleh Perpusnas. Pocadi di MPP Surabaya ini membuka layanan sejak Januari tahun 2023. Tempat ini dikelola penuh oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya. .
Paket Pocadi dari Perpusnas yang dapat dimanfaatkan di MPP Siola Surabaya terdiri dari berbagai macam. Diantaranya ada 350 judul dengan 700 eksemplar buku siap Layan. 4 unit komputer yang berjajar. Ada 1 DLS, 5 tablet Android dengan casing, serta 1 Smart TV dengan wall Bracket. Tak lupa 1 UPS, juga interior, mebeuler, dan konektivitas dalam satu paket. Semua bantuan tersebut tertata rapi di salah satu sudut Siola. Suasananya nyaman sekaligus modern,Â
Saat rombongan Cak Kaji Pocadi, saya dan teman-teman disambut hangat. Di sana ada. Mbk Alsa, penjaga Pocadi yang ramah. Ada pula ibu Atika dan pak Wibowo, dua pegawai Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya yang menemani dan dengan senyum lugas menjawab pertanyaan kami.
Obrolan-obrolan terasa cair, seolah kami bukan tamu, melainkan sahabat lama.Â
Pocadi ini layanannya terlihat sederhana tapi sesungguhnya sangat berarti. Layanan yang diberikan adalah baca di tempat dan juga pemanfaatan komputer. Ada pilihan buku fisik yang tertata rapi dan dibuka serta dibaca. Ada pula koleksi digital buku-buku ipusnas yang dapat diakses dengan mudah lewat komputer yang tersedia.
Semua yang berkunjung ke MPP Siola menikmati layanannya. Daripada boring menunggu antrian, paling enak sambil baca-baca di Pocadi. Saat disana kemarin, saya mengamati. Ada remaja yang duduk membaca buku cetak. Ada pula yang membuka e-book lewat tablet. Bahkan ada anak-anak sekolah yang memanfaatkan komputer layanan. Mereka menggambar digital dan belajar banyak hal lewat layar. Sesekali terdengar tawa kecil. Mereka betah di sana.
Sebagai orang yang bergelut di dunia literasi, pemandangan itu membuat hati saya hangat. Pocadi tidak hanya menjadi ruang baca. Ia menjelma ruang belajar, ruang bermain, ruang Berkreasi. Pocadi menampung siapa saja, tanpa batasan usia dan status.
Perlu diketahui, Perpusnas sendiri telah menempatkan ratusan Pocadi di berbagai titik. Mall pelayanan, taman kota, bahkan kantor layanan publik. Hingga kini jumlahnya lebih dari 500 titik di seluruh Indonesia. Pocadi di MPP Siola Surabaya adalah salah satunya.
Keberadaan ruang baca di layanan publik seperti ini memberi pesan jelas. Membaca tidak perlu menunggu waktu luang.Â
Membaca bisa dilakukan di sela kesibukan. Di tengah kota, di ruang pelayanan, di antrean yang biasanya membosankan.