Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadilah: 11)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan,
"Seandainya keutamaan ilmu hanya kedekatan kepada Tuhan semesta alam, dikaitkan dengan para malaikat, bergaul dengan penghuni langit, maka itu telah mencukupi untuk menerangkan akan keutamaan ilmu. Apalagi kemulian dunia dan akhirat selalu meliputi orang yang berilmu dan hanya dengan ilmulah syarat untuk bisa mencapainya."
Pentingnya menuntut ilmu menurut Hamka yang dikutip dari buku Susanto yang berjudul Pemikiran Pendidikan Islam, bukan hanya sebatas agar manusia dapat memperoleh kehidupan yang baik, tetapi dengan ilmu pengetahuan manusia dapat mengenal Tuhannya, memperbaiki akhlaknya, dan senantiasa berjuang untuk menggapai ridho Allah. Dengan berpikir, belajar, dan menelaah, manusia akan memperoleh ketenteraman dan kemudahan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.
Menuntut ilmu hukumnya fardhu 'ain (wajib) bagi setiap individu muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia sampai di akhirat. Dari sini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa asal muasal manusia dari yang tidak tahu apa pun menjadi tahu karena ada proses tahapan belajar di setiap perkembangan seseorang di mana kegiatan belajar adalah kebutuhan pokoknya. Jika kebutuhan pokok lambung adalah beras atau gandum, maka kebutuhan pokok dari akal pikiran adalah belajar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI