Kemarin istri saya bilang mau beli mikrofon yang dicolokkan ke HP. Katanya buat live Facebook Pro biar dapet duit. Saya tanya memangnya kamu butuh duit buat apa? Dia jawab buat beli skincare, nyoto bareng temannya, dan ikut pound fit. Padahal apa yang dia mau itu sudah saya kasih rutin tiap bulan.
Ternyata istri saya ikutan tren emak-emak ngonten di Facebook dengan tujuan dapat uang. Boleh aja, sih, buat senang-senang dia. Tapi kalau tujuannya nyari duit buat beli skincare banyak-banyak, buat apa. Dia kan punya suami, bukan janda yang harus pontang-panting nafkahi anak-anaknya.
Istri saya bilang ada temannya yang sudah rutin dapat duit dari Facebook dari konten-kontennya. Konten yang kayak gimana, tanya saya. Konten masak, nyuci, nyetrika, kadang dia juga kasih rekomendasi sabun cuci buat ngucek yang nggak bikin tangan panas. Buset, gitu aja dikontenin.Â
Emang Harus, Ya, Semua Dikontenin?!
Saya nggak punya account Facebook karena males juga. Capek habis pulang kerja mending becanda sama anak atau main PS. Jadi saya tidak tahu perkembangan social media. Saya iya-iya saja waktu istri cerita betapa mudah dan enaknya bikin konten di Facebook, gampang juga dapat duitnya.
Kalau segampang itu dapat duit pasti di negara ini nggak ada orang miskin. Logisnya, kan, gitu. Semua orang tinggal ngonten motong cabe terus dapat duit.
Saya kalau butuh ambil foto dan video itu untuk dokumentasi saja, terutama foto dan video anak-anak. Saya taruh di Google Photos. Nanti kalau anak-anak sudah dewasa mereka bisa login ke akun Google Photos itu untuk melihat momen kehidupan mereka dari lahir sampai besar.
Anak-anak saya juga punya Instagram, tapi saya kasih tahu jangan sampai habis waktu buat main Instagram, mending les atau kursus apa gitu, mau online atau offline, nanti ayah bayarin. Sampai sekarang cuma si sulung yang minat ikut les coding, tapi sampai sekarang belum daftar juga.
Suami Simpel
Banyak suami di luar sana yang pengen istrinya bahagia dengan melakukan hal-hal yang disukai istri, misal belanja ke pasar, baca buku, berkebun, nonton drakor. Pasti dibiayailah. Tapi kalau istri hobinya ngonten dia lagi nyuci, nyetrika, masak, joget-joget. Duh, itu buat apaan sih.
Lagian mana bisa fokus nyelesaian kerjaan rumah kalau disambi-sambi ngonten dan pasang kamera HP.
Kalau apa-apa dikontenin kan nggak oke. Hidup akan dikendalikan oleh penonton, eh, followers, ya, atau subscriber namanya. Awalnya emak-emak itu merasa wah keren nih, banyak yang nonton konten gue. Bangga, gitu ya. Lama-lama mereka pasti dikuasai oleh perasaan harus ngonten.
Padahal yang namanya seorang ibu dan istri, pasti ada nalurinya ingin meluangkan waktu dengan anak. Kalau waktu habis untuk ngonten, anak pasti terabaikan. Tahu-tahu anak sudah besar, sudah kuliah, dan cuma ada penyesalan.