Â
Dijalankan Atas Filosofi : Muda dan Cepat
Pada 2012, masih di divisi empat Liga Jerman, Leipzig menunjuk Direktur Olahraga yang dirasa tepat untuk membawa tim ke tujuan utama, promosi hingga Bundesliga. Orangnya adalah Ralf Rangnick, sosok yang sempat diberikan resmi membesut AC Milan beberapa waktu lalu.
"When he arrived at Leipzig, everything changed. He made the club younger, faster. It's his philosophy and since this day everything is under the pressure of this philosophy."
Demikian keterangan Guido Schafer, Chief Reporter di Leipziger Vokszeitung kepada BBC.
Dibantu oleh Gerrard Houlier, eks pelatih Liverpool yang menjabat sebagai kepala pencari bakat, Leipzig konsisten mencari dan menemukan bakat-bakat muda dibawah usia 23 tahun dari berbagai negara. Membelinya dengan harga murah, lalu mengasahnya hingga menjadi tulang punggung tim.
Naby Keita dan Timo Werner adalah nama-nama yang direkrut sesuai filosofi klub, lalu kemudian mendatangkan profit tinggi saat dilelang.
Filosofi pemain muda yang konsisten diterapkan ternyata berimbas positif pada pencapaian prestasi klub. Â Berhasil promosi ke bundesliga pada 2016, Leipzig mengejutkan banyak pihak.
Tanpa tedeng aling-aling, si anak bawang ini sukses finish sebagai runner up dibawah Bayern Munchen, dan lolos ke Liga Champion untuk pertama kalinya di musim 2016/2017.
Meskipun hasil pada musim 2017/2018 tergolong tidak memuaskan (finish urutan 6) dan tersingkir dini di Liga Champion (peringkat 3 grup G), namun pencapaian itu dapat dimaklumi. Bisa jadi Leipzig agak kaget karena harus berbagi konsentrasi di tiga ajang sekaligus dalam satu musim (liga, Eropa, Piala Jerman).
Konsistensi Leipzig tergambar pada pencapaian di dua musim berikutnya. Klub banteng merah ini sukses menjadi penganggu Bayern sepanjang musim, dan lolos ke Liga Champion lewat tiket di peringkat tiga klasemen akhir.