Bagaimana bila kita sepakati bahwa anak sebagai investasi menyimbolkan harapan-harapan orangtua. Agar di masa depan anaknya menjadi "orang". Dapat memberi manfaat bagi orantua,keluarga dan masyarakat. Saya yakin begitu harapan setiap orangtua.
Terbetik tanya dalam diri saya. Jika anak adalah investasi, maka siapa yang jadi investornya? Jika anak adalah Inter Milan, maka siapa jadi Sunningnya?
Jari telunjuk tentu akan mengarah langsung  kepada orang yang paling dekat dengan anak : orangtua.
 Rise Your Children? Rise Yourself First!
Sebagai investor, tentu haruslah menyeriusi perannya agar investasi dapat menghasilkan. Jika ada harapan, maka harus pula ada keseriusan untuk menggapai harapan itu. Ada "modal" yang harus disiapkan.
Anak butuh "dimodali" dengan cukup. Direncanakan pengembangan dirinya. Dirawat pertumbuhannya.
Ada satu motto di komunitas parenting yang kebetulan diikuti oleh istri, yakni Raise Yourself, Raise Your Children.
Terjemahan bebasnya kira-kira begini.
"Kalau mau anak berkembang, kembangkan diri juga!"
Harapan ke anak banyak sekali. Namun, sudahkah memantaskan diri untuk mendampingi anak mencapai harapan-harapan itu? Sudahkah menyiapkan kail, umpan, perlengkapan dan kemampuan memancing yang pantas sebelum memancing ikan hiu?
Proses memantaskan diri inilah penting untuk disiapkan terlebih dahulu. Usahlah berharap akan jadi anak santun bila kitapun acap memaki-maki.
Usah pula berharap anak akan menolong kita di akhirat bila kitapun gagal mencontohkan bagaimana mencintai agama. Ibarat kata pepatah, bagai pungguk merindukan bulan! Eh, betul tidak sih?