Mohon tunggu...
Muksal Mina
Muksal Mina Mohon Tunggu... Lainnya - Candu Bola, Hasrat Pendidik

Be a teacher? Be awakener

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Azra Tak Main HP

8 Agustus 2019   17:37 Diperbarui: 8 Agustus 2019   17:58 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Azra tidak main hp, ya tante?"
Begitu tanya bocah kecil itu pada istri saya, di tengah-tengah keasyikan bermainnya bersama Azra, putri kecil kami.

Terselip keheranan baginya, Azra tidak sekalipun meminta hp ibunya untuk main game ataupun nonton youtube. Kenapa bisa begitu? Biasanya kan anak kecil suka main hp?

Menjadi orangtua di era milenial memang beda. Gawai bukanlah hal yang mewah dan asing bagi anak-anak. Game virtual, media sosial dan youtube mampu  memaku anak duduk 'tenang'.

Pada awalnya mungkin gawai menjadi hiburan dan pengisi waktu luang bagi anak. Kemudian hiburan ini menjadi dilema. Saat anak sudah sampai pada tahap kecanduan, efeknya buruknya bukan hanya pada membengkaknya bujet kuota, tapi juga pada kesehatan anak.

Kenapa Azra dan adiknya tidak gadget addict? Mungkin karena di rumah kami melakukan hal-hal berikut :

1. Modelling
Saya bersyukur istri yang notabene selalu bersama anak-anak, tidak terlalu suka buka sosmed. Kalaupun utak atik, paling hanya saat anak-anak sudah tidur. Jadi anak-anak jarang sekali melihat ibunya khusuk di depan hp dalam waktu yang lama.
Maka anak-anak pun begitu. Tidak menganggap hp sebagai mainan wajib. Paling banter cuma foto-foto. Ketika pulang kerja, biasanya saya tidak lagi menyentuh laptop dan hp. Bagaimana mau pegang kalau baru masuk rumah anak-anak sudah bergelayutan di punggung dan kaki, berceloteh dan ngajak main. Hehehe..

2. Busy time
Pagi hari sebelum kerja, biasanya saya disandra anak-anak untuk main sambil sarapan, sementara ibunya beres-beres. Jam 9, mereka ikut ibunya ke toko. Ngapain? Tentu saja main dagangan ibunya. Hahaha. Pulang kerumah pas siang, lanjut main lagi sama anak tetangga sekitar. Sore sampai malam? Main sama ayahnya.
Jadi mereka hampir tidak punya waktu kosong. Sibuk main dan makan. Hahaha.
Di rumah kami televisi menyala hanya saat ada acara anak-anak. Itupun terkadang tv nya dicuekin sama kurcaci-kurcaci yang sibuk main puzzle.

3. Alternatif
Naah, tak cukup hanya membatasi, alternatifnya harus ada. Mainan-mainan cukup melimpah di rumah. Tidak harus mahal. Terkadang pasukan krucil cuma mewarnai gambar yang kami ambil dari internet,  coret-coret dinding, baca buku, main bola, main jualan-jualan, main jerapah-jerapah (ini jatah ayah), bikin mainan kertas (kalau ini jatah ibu). Kebanyakan mainan dibuat sendiri sama ibunya, dari bahan seadanya. Banyaknya mainan dan benda yang bisa dijadikan mainan nyata, bikin anak-anak tidak kenal permainan virtual.

Untuk saat ini, hal-hal itulah yang dapat kami lakukan. Bukan, bukan menjauhkan gawai dari anak-anak. Namun kami kira, dengan usia 4 & 2 tahunan, mereka belum butuh gawai. Butuhnya main yang meransang perkembangan sensorik, motorik, dan kognitifnya. Nantilah kalau sudah butuh, baru dikasih hp. Mungkin 10 tahun lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun