Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Ferdy Sambo, Analogi Unta Antara Do'a dan Rasa Syukur

16 Agustus 2022   22:42 Diperbarui: 17 Agustus 2022   06:43 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated BY: pinoqqlounge.com

Unta Diantara Do'a dan Hilangnya Rasa Syukur

Ferdy Sambo dan Marwah Polri

Drama tewasnya Brigadir "J" pada tanggal Delapan Juli 2022 yang kini belum menemukan titik terang dari kronologis dan motif pembunuhan berencana yang disekenariokan Ferdi Sambo.

Yang ganjal dan berubah-rubah, dari isu pelecehan seksual, martabat keluarga, perselingkuhan dan mungkin akan selalu bertambah lagi hari esok atau lusa dalam menangani dan mendalami kasus serius ini.

Dengan ditetapkan 4 tersangka dalam kasus kematian Brigadir J. Secara tidak langsung telah menjawab tanda tanya publik. Meski seiring waktu tampaknya teka-teki jalan cerita pembunuhan akan bertambah.

Faktanya kasus besar ini, selain tindak pidana juga permasalahan kode etik kepolisian yang melibatkan orang-orang dalam lingkaran institusi Polri, dianggap terlibat menghalangi pengungkapan kasus.

Publik dibuat geram atas penyelidikan ini yang lambat dan terkesan bertele-tele. Mungkin saja karena terlalu banyak yang terlibat dan yang bermain petak umpet, pikir publik. Termasuk saya...

Lucunya, tiga kali pernyataan tegas dari Presiden dan juga Menkopolhukam, menyampaikan untuk mengusut kasus dengan jelas tanpa ditutupi ke publik. Kira-kira begitu tegasnya kepada Kapolri. Jangan ngeyel...

Kan menurut mantan purniawan Pak Susno Duaji, kasus ini simple dan jelas sekali. Kok bisa rumit ya menyelesaikanya. TKP jelas, korban jelas, bukti dan saksi jelas. Kok bisa ribet ya penyidikannya. Ada apa?

Mungkin saja PaL yang buat ribet tuh, bisa aja ada upaya bermain dan banyak yang terlibat kan Pak. Jadi diribetkan, entar bisa berjemaah loh jadi tersangka lalu terpidana. Atau ada rahasia-rahasian antar satu dengan yang lain selama ini... Kartu AS misalnya

Atas kematian Brigadir J oleh Sambo cs, persepsi publik pada Polri semakin turunnya rasa kepercayanan, apalagi jika penanganan in nantinya sempat tidak menemukan benang merahnya. Karena ulah satu orang rusaklah seintitusi.

Buruknya, citra pak Presiden pun akan turun jikalau tidak berhasil mengungkap kasus ini, dianggap gagal sebagai penguasa tertinggi di pemerintahan, di cap tak tegas/bertaring dalam menyelesaikan masalah ini di mata publik.

Atas skenario yang berlahan tapi pasti telah terbuka satu persatu kebenarannya. Buat pak Sambo dan siapa pun itu. Ada petuah lama berkata, tidaklah bisa kebenaran ditutupi dengan kebohongan lainnya, semakin sering kau berbohong suatu saat juga akan terbongkar.

Nah, mengutip dalam salah satu artikel Pdt. Darsono Eko Noegroho, M.Th. Dalam kumpulan artikel bunga rampai yang sempat terbaca. Kisah yang menarik yang syarat dengan pesan moral.

Penulis tertarik pada sebuah analogi yang ia utarakan. Perumpamaan seekor Unta yang menyelipkan wejangan tentang rasa syukur manusia atas anugerah yang Tuhan berikan kepada manusia.

Dimana kita sering melupakan karuniaNya yang besar, ketika telah mendapati kenikmatan dalam hidup. Cenderung berbuat dan bertindak diluar kendali, sombong dan jumawa. Bahkan bertindak semena-mena, melampaui batas manusiawi kepada antar sesama.

Unta Antara Do'a dan Rasa Syukur

Ini tentang seekor Unta yang hidup di padang gurun yang tandus. Pemandangan biasa bagi sang Unta yang seumur hidup dalam kondisi seperti ini. Meskipun begitu ia juga sudah dikenal bagi makhluk yang lain sebagai binatang yang berbudi dan suka menolong hewan-hewan lain.

Pada suatu hari, Allah menampakan diri kepadanya. Dan berkata Unta engkau sudah begitu baik terhadap sesama hewan, Aku senang dengan sifat dan sikapmu Unta. Untuk itu mintalah anugerah apa saja, maka akan Kuberikan kata Allah".

Unta pun tak melewatkan kesempatan yang Allah berikan kepadanya. Unta berkata ya Tuhanku, aku hanya pumya satu permintaan saja. aku hanya menginginkan leher yang panjang ini lebih diperpanjang lagi, sehingga aku dapat dengan mudah untuk memetik daun-daun disekitarku.

Permintaannya pun terkabulkan. Sekarang Ia pun sangat puas. Sekarang ia dengan mudah memperoleh makanan tanpa menggerakan kakinya. Sehari-hari ia hanya beristirahat di bawah pohon kurma.

Seiring waktu Unta ini berlahan berubah menjadi pemalas dan cenderung apatis. Dia tidak seperti dahulu lagi, malas bergerak dan tidak juga suka menolong teman-temannya sesama hewan lagi. Yang sangat membutuhkan bantuannya.

Di suatu ketika, badai topan tornado pun melanda padang tandus tempat tinggalnya. Unta sangat panik dan ketakutan, menyalamatkan diri mencari tempat berlindung.

Dengan sangat sulit iapun menemukan sebuah gua. Gua yang amat  sempit untuk ukuran badannya. Ia hanya dapat merundukan lehernya ke dalam gua.

Ternyata gua itu adalah rumah gerombolan Serigala. Melihat leher yang panjang, mereka kegirangan "makanan kita sudah datang, mari kita pesta. Lalu, Serigala lapar ini pun mencabik-cabik leher sang Unta.

Unta mengerang kesakitan. Sebenarnya aku tidak perlu minta leher yang panjang ini. Leher yang sebenarnya dapat aku pakai untuk berbuat banyak bagi diriku dan orang lain. Tetapi justru membuatku berubah dan enggan menolong orang lain. Keluh unta.

Hubungannya dengan Kasus Sambo

Melansir berbagai sumber atas kesuksesan karir Sambo yang terbilang bagus. Disamping anaknya seorang polri, Sambo juga pernah mendampuk posisi strategis dalam polri. 

Seperti kapolres Brebes, Purbalingga dan beberapa posisi stategis. Bahkan mampu menyalip mantan atasannya. Yang kala itu ia berposisi wakilnya. 

Selain itu ia pun berhasil mengungkap beberapa kasus besar tanah air. Pengeboman, Kopi Sianida, Kasus joko Chandra hingga insiden kebakaran kantor kejaksaan. 

Terlepas apakah prestasi itu yang berhasil mengantarkan karirnya, atau karena ada hubungan kedekatan dengan orang-oranh besar, ya entahlah.

Pokoknya Sambo sukses kala itu, mungkin keberhasilan yang ia capai tidak terlepas dari doanya selama ini. Harapannya.

Namun keberhasilan karir yang terus naik, Sambo lupa bersyukur hingga lepas kendali sebagai atasan (penguasa), berkuasa kepada anak buahnya.

Membuat karir berakhirnya sekejap hilang atas ulahnya yang membunuh Brigadir J. Dan harus menghadapi hukuman dibalik jeruji, tampaknya.

Penutup. Nikmat Tuhan berikan kepada manusia bisa saja hilang dalam sekejap mata dan mungkin karir yang menanjak bisa jadi adalah ujian Tuhan buat manusia..bukan


Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun