Pandangan Imam Al -Ghazali 'Hubungan Politik dan Agama'
Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-iqtisad fi Al-i'tiqad, menyatakan hubungan agama dan penguasa bak saudara kembar pada dua sisi mata uang yang berbeda namun saling berkaitan satu sama lain.Â
Agama adalah pondasi, sedangkan penguasa adalah penjaga. Sesuatu yang tidak memiliki pondasi akan hancur dan sesuatu yang tidak memiliki penjaga akan hilang.
Ungkapan Imam Al-Ghazali menunjukan agama dan politik tidak dapat dipisahkan. Menceraikan agama dari politik akan melemahkan ajaran agama. Memisahkan politik dari agama akan menjadikan politik liar dan merusak.
Mengutip dari pernyataan menarik dari Imam Al-Ghazali diatas sependek pemahaman awamologi penulis, hubungan timbal balik agama terhadap perilaku merupakan kaidah 'koridor' kontrol.
Agama Spirit Kontrol DiriÂ
Dalam konteks relasi kekuasaan kepemimpinan pada pemimpin, iman berarti filter dan perisai seseorang menjaga diri dari hal-hal yang melampaui batas yang tidak diperbolehkan dalam aturan. Artinya, seorang pemimpin diharapkan berada pada garis depan, contoh tauladan dalam segala bentuk kebaikan.Â
Dengan keyakinan beragama, pedoman dan petunjuk ketika ia menjalankan kewajiban dari amanah, rutinitas sehari-hari, aktivitas yang sedang dijalani.
Agama menjadi dasar berbuat dalam tanda petik pijakan berprilaku dan bertindak, bersikap dalam memutuskan kebijakan tertentu dalam hidupnya. Bukan. Agama tuntunan yang mampu membatasi ruang gerak yang menuntun kearah yang baik, bahkan bisa lebih efektif dibandingkan perangkat norma baku yang berlaku dalam sebuah masyarakat komunal.Â
Karena  pangilan suara hati, buah dari kristalisasi ajaran spritual yang diyakini memberikan kesadaran untuk selalu berpikir lebih jernih, arif dan bijaksana. Dan lebih jitu ketika menghadapi permasalahan yang bersifat moralistik.