Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah, Ketokohan, dan Literasi

6 November 2021   16:03 Diperbarui: 6 November 2021   17:24 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by: kosngosan.com

Kisahnya mungkin saja miris, penuh onak dan getir bagi sang penulis semasa hidupnya. Apriori negatif, ditentang bahkan juga dicercah namun seiring waktu namanya menjadi harum dan besar pada waktunya. 

Penulis itu pun tak tahu akan itu, tidak terbayangkan akan hal ini, tidak tahu bahwa karyanya telah dijadikan pedoman masa selanjutnya. 

Hanya keabadian karya tidak hilang meski nyawa dan raga telah terpisah tak sempat menyimak keberhasilan gagasan yang pernah ia utarakan dalam aksara.

Pramoedya Anata Toer juga begitu, begitupun para orang-orang hebat, ilmuan, sastrawan lainnya, menjadi besar, membuat sejarah ketokohannya dengan literasi.

"Mengutip pesan sang guru, kita bukan pahlawan, bukan pula turunan para bangsawan, ilmuan ternama, figure megabintang yang selalu dikisahkan dalam rentetan  cerita bagian kisah sejarah."

"Hanya orang biasa, namun kita bisa membuat sejarah itu salah satunya karya, tulisan yang bermakna, mungkin terlalu receh jika kita menganggap ini. Hingga tak mau dan mampu menelurkan ide besar itu karena malu, takut, dan sebagainya."

"Takut memulai menuliskannya, takut karena masih berpikir ini dan sana. Terpaku akan kata sempurna, menulis adalah proses belajar. Jangan takut karena penulis besar juga pernah mengalaminya, tapi semangat pantang menyerah mengantarkannya menjadi penulis handal."

"Kesempurnaan adalah relatif. Belajar dan terus belajar lah hingga rangkai kata yang kau buat satu persatu menuju proses itu. Jangan takut memulai Nak! Nanti kau menemukan caranya, mulailah.

Nah inilah yang penulis tangkap dari hasil menyimaki obrolan lesehan sore kemarin, seputar dunia tulis menulis. Kamis pada tanggal 04 November 2021 di Rubaja (rumah baca jalanan) dari para dosen favorit. 

Ia melontarkan pertanyaan membuat keningku berkerut, sejarah-kah yang membuat tokoh atau tokoh-kah yang membuat sejarahnya?

Dua lontaran ini kujawab sambil terbata-bata bahwa literasi yang mampu membuat sejarah itu, Apak. Ketokohan seseorang terbentuk dari goresan aksaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun