Sangat membingungkan jika seseorang tidak memiliki sebuah nama. Atau nama telah tertera label tertentu, baik atau kurang baik. Maka nama sangatlah penting, menurutku. Membangun nama dalam artian kebajikan atau keburukan jelas mempengaruhi penilaian akan figur tertentu.Â
Dan juga dapat mempengaruhi nama sebuah keluarga bahkan lingkungan hingga wilayah dalam skala luas, kan. Jika harum atau tidak juga sebaliknya. Meninggal pun akan menjadi kenangan dan kisah bagi orang lain. Beruntung jika nama itu harum dan bagaimana jika sebaliknya? stempel keburukan akan selalu lekat yang akan diingat.
Hal ini terbukti pada saat ini, banyak diantara kita menghubungkan sebuah nama sebagai nilai jual untuk membentuk nama kita dan berdayaguna untuk dimanfaatkan dalam menarik simpati orang lain.
Menjaga nama, mempertahankan sebuah nama serta membentuk nama kita sendiri itu perlu untuk dipertimbangkan. Personal Branding.
Pada sisi lain nama juga tidak hanya berlaku bagi inisial saja. Dalam hal produk, usaha, partai, jasa, profesi dan lainnya harus punya nama. Agar punya eksistensi, yaitu brand. Nah, brand itu terbentuk karena nama yang telah terbangun dan pakaian yang kita kenakan. Cukup publik mendengar nama, maka dari isi tidak diragukan, keun.
Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga
Sirat pakaian dan arti sebuah nama, cara membangun image positiv. Khususnya pada diri sendiri yang berdampak pada pandangan umum.Â
Dalam artian simbol suatu daerah bahkan tanah air pun tidak luput dari ini. Semakin banyak yang menjaga pakaian dan nama dari segala hal yang dapat mencorengkan-nya rentan mempengaruhi pandangan orang lain terhadap kita.
Sebut saja kasus viral yang memalukan misalnya. Yang dilakukan seseorang yang tidak bermoral/bertanggung jawab, menjadi tranding topic dalam laman berita nasional saat ini.Â
Menjadi momok memalukan atas kejadian ini, sehingga image jelek bisa terbentuk akibat dari perbuatan jahil orang-orang yang tidak berpikir panjang. Imbasnya, yakni semua kecipratan dampak negatif. Keluarga hingga nama wilayah/daerah menjadi tercoreng karena aib, ulah jahir seseorang.
Inilah mengapa sangat cocok dengan pribahasa lama 'Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga". Orang  yang membuat ulah kita semua juga dapat getahnya.