Pernahkah Anda mendengar tentang Bledug Kuwu di Grobogan, Jawa Tengah? Tempat ini terkenal dengan semburan lumpurnya yang unik. Dari kejauhan, terlihat letupan-letupan kecil yang membawa lumpur, air, mineral, sekaligus gas dari perut bumi. Fenomena ini sering dikaitkan dengan legenda Joko Linglung, tetapi jika dilihat secara ilmiah, sebenarnya yang terjadi adalah pelepasan gas dari proses dekomposisi material purba di bawah tanah.
Masyarakat sekitar sudah lama memanfaatkan mineral yang ikut terbawa semburan untuk membuat garam Kuwu. Air dari lumpur yang mengandung mineral diendapkan hingga menghasilkan garam dengan rasa gurih khas. Konon, garam ini juga dipercaya memiliki khasiat kesehatan. Aktivitas ini membuktikan bahwa Bledug Kuwu bukan hanya tontonan alam, melainkan juga sumber penghidupan bagi warga setempat.
Namun ada satu potensi besar yang hingga kini masih terabaikan, yaitu gas yang ikut menyembur bersama lumpur. Diperkirakan gas tersebut adalah metana dan karbon dioksida. Nah, metana sebenarnya bukan gas sembarangan. Di banyak negara, metana menjadi sumber energi penting---dipakai untuk memasak, menggerakkan generator listrik, bahkan sebagai bahan bakar transportasi. Sayangnya, di Bledug Kuwu gas ini masih dibiarkan lepas begitu saja.
Padahal, kalau ada teknologi yang bisa menangkap gas metana dengan aman, hasilnya akan luar biasa. Gas tersebut bisa diolah menjadi energi alternatif, entah itu untuk listrik skala kecil di desa sekitar, bahan bakar rumah tangga, atau bahkan sumber energi industri kecil. Selain memberi manfaat langsung, langkah ini juga bisa mengurangi emisi gas rumah kaca yang berdampak pada pemanasan global.
Contoh nyata sudah ada di berbagai tempat. Di TPA (tempat pembuangan akhir), gas metana dari pembusukan sampah ditangkap dan digunakan untuk menghasilkan listrik. Di peternakan, kotoran hewan difermentasi hingga menghasilkan biogas. Prinsip yang sama bisa diterapkan di Bledug Kuwu, hanya saja perlu riset dan inovasi agar sesuai dengan kondisi geologi setempat.
Di sinilah peran akademisi, mahasiswa, dan peneliti sangat penting. Bagi yang belajar teknik mesin, teknik kimia, maupun energi terbarukan, Bledug Kuwu bisa menjadi tantangan sekaligus peluang. Bagaimana cara membuat sistem penangkapan gas yang aman, efisien, dan murah? Bagaimana teknologi itu bisa benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang layak digali lebih jauh.
Bledug Kuwu, pada akhirnya, tidak hanya layak dipandang sebagai destinasi wisata alam yang eksotis atau legenda yang menarik. Ia adalah laboratorium alam terbuka, tempat di mana kita bisa belajar sekaligus menemukan solusi energi berbasis potensi lokal. Jika gasnya bisa dimanfaatkan, Grobogan berpeluang menjadi contoh bagaimana daerah mampu berkontribusi dalam transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.
muji.blog.unimma.ac.id
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI