Mohon tunggu...
Mujahid Zulfadli AR
Mujahid Zulfadli AR Mohon Tunggu... Guru - terus berupaya men-"jadi" Indonesia |

an enthusiast blogger, volunteer, and mathematics teacher | https://mujahidzulfadli.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Situs Jejaring Sosial: Setumpuk Manfaat dengan Segenggam Bahaya

21 Desember 2010   14:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:31 1722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jejaring Sosial

Tergabung dalam sebuah atau beberapa komunitas yang terbentuk dalam masyarakat dapat membuat hidup menjadi lebih indah untuk dijalani. Terkadang komunikasi dan sosialisasi menjadi begitu efektif dan lancar oleh karena kita percaya sepenuhnya terhadap anggota komunitas tersebut. Komunitasi yang utama dan sekaligus berperan penting dalam kehidupan adalah keluarga. Akan tetapi di saat Teknologi Informasi (TI) berkembang dengan pesat, interaksi dan komunikasi masyarakat dunia beralih haluan. Yah..apalagi kalau bukan ke situs jejaring sosial. Situs jejaring sosial menyita hampir seluruh waktu luang yang dimiliki.

Facebook, friendster, dan twitter (micoblogging) adalah beberapa situs jejaring sosial yang populer digunakan saat ini. Entah pula kenapa Indonesia menjadi urutan terbesar kelima dalam jumlah pengguna internet dengan capaian 38 juta orang. Khusus untuk akun jejaring sosial facebook bahkan menembus angka 28 juta orang. Data tersebut dilansir oleh oleh google.com/adplanner terhitung sejak bulan Mei 2010. Karakter masyarakat Indonesia yang komunal membuat anak-anak hingga para orang tua sangat menggandrunginya.

Penggunaan istilah jejaring sosial sendiri mulai diperkenalkan ke publik dunia pada tahun 1954 oleh Professor J.A. Barnes. Namun orang-orang baru mulai terpikirkan untuk mendesain sebuah situs jejaring sosial dengan nama classmates.com di tahun 1995.

Setumpuk Manfaat

Hanya berbekal sebuah akun, masyarakat pengguna situs jejaring sosial dapat menerima dan bertukar informasi dengan seluruh follower maupun friends yang tersebar diseluruh penjuru dunia. Sepanjang pergumulan saya dengan social networking yang sedang trend, saya merasa banyak diuntungkan. Bermodalkan friends dari kalangan akademisi cukup membuat dahaga kita akan wawasan ilmu pengetahuan seakan terpuaskan. Undangan bedah buku dari penulisnya secara langsung, seminar dan workshop international secara gratis alias cuma-cuma, dan ajakan untuk melakukan ekspedisi lintas alam semuanya pernah saya dapatkan dan saya ikuti. Apalagi grup yang sangat mendukung selalu menyediakan informasi untuk itu.

Segenggam Bahaya

Reputasi situs jejaring sosial yang sangat baik khususnya di kalangan remaja dan anak-anak menjadikan mereka lupa akan bahaya yang setiap saat datang mengancam mereka. Hal ini mengingat hasil riset yang dilakukan oleh Yahoo di Indonesia yang bekerja sama dengan Taylor Nelson Sofres pada tahun 2009 tentang pengguna terbesar internet adalah usia 15-19 tahun adalah sebesar sebesar 64 persen. Lebih dari separuhnya adalah usia remaja.

Facebook, twitter, dan situs jejaring sosial lainnya berubah menjadi teman yang akrab bagi mereka. Hal yang sama ketika mereka membutuhkan handphone untuk keperluan komunikasi sehari-hari. Dimanapun dan kapanpun mereka menyempatkan waktu untuk sekedar meng-update status maupun membalas komentar di pesan dinding. Sekalipun hal tersebut mereka lakukan dengan melalaikan pekerjaan utama.

Masa remaja yang rentan dengan usaha coba-coba seringkali menimbulkan dampak massif yang tidak kita inginkan bersama. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) dalam rentang bulan Januari dan Februari, melalui Layanan Perlindungan Anak mengakui bahwa setidaknya terdapat 36 pengaduan remaja putri tingkatan sekolah menengah pertama atas ‘hilang’ nya mereka sementara waktu akibat dibawa oleh teman facebook-nya. Kebanyakan diantara mereka mengalami pelecehan seksual. Kejahatan seksual yang terorganisir dengan apik ini masih sangat meresahkan hingga kini.

Dukungan untuk akses online dengan situs jejaring sosial yang selalu tersedia dalam handphone dan gadget milik mereka, membuatnya jarang untuk keluar rumah sekedar untuk menghirup udara segar ataupun bercengkrama dengan tetangga. Kemampuan sosialisasi dan komunikasi menjadi barang yang langka karena terlalu sering berkomunikasi di ruang cyber. Interaksi terkesan dilakukan satu arah alias monolog, bukan dialog yang semestinya terjadi. Sehingga akibatnya, kemampuan untuk berkomunikasi dalam dunia nyata menjadi berkurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun