Mohon tunggu...
Mujab Mujab
Mujab Mujab Mohon Tunggu... Buruh - Wahana menuangkan karya dan gagasan

Saya aktif di Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah. Selain itu aktif di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah sejak tahun 2003 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Persepsi Pemilih Vs Money Politik

8 Maret 2024   19:35 Diperbarui: 8 Maret 2024   19:35 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Politik uang menempatkan pemilih sebagai tersangka utama, dan solusi yang sering diusulkan memang lebih berfokus pada edukasi dan peningkatan kesadaran pemilih. Namun, perlu diingat bahwa politik uang adalah sebuah fenomena yang kompleks dan melibatkan dua pihak: pemilih dan calon. Memang benar bahwa jika tidak ada calon yang memberikan uang, maka politik uang tidak akan terjadi.

Pemilih bisa dipengaruhi tindakan money politik. Budaya money politics memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengubah pandangan pemilih mengenai layak tidaknya seseorang untuk dipilih sebagai wakil rakyat, kepala daerah, atau presiden. Ini terjadi karena praktik money politics seringkali menciptakan persepsi dan citra yang salah tentang kualitas dan integritas seorang calon.

Diantaranya berkaitan dengan Citra Kekayaan dan Kesuksesan.  Money politics sering kali menampilkan calon sebagai orang yang kaya dan sukses. Mereka mungkin mampu membiayai kampanye dengan besar, membuat pemilih mengaitkan kekayaan tersebut dengan kemampuan kepemimpinan. Calon yang mendapat dukungan finansial besar sering dianggap memiliki kemampuan untuk menghadirkan perubahan dan pembangunan karena kesuksesan finansial mereka. Pemilih bisa menganggap bahwa orang kaya lebih mampu memimpin negara atau daerah dengan baik.

Maka kemudian mereka melakukan Kampanye Berlebihan.  Calon yang menggunakan money politics cenderung memiliki kampanye dan sosialisasi dengan skala yang besar dan terlihat mewah. Mereka berusaha untuk lebih hebat dan bisa menyalip calon lain. Ini bisa membuat pemilih menganggap calon tersebut sebagai figur yang layak dan berkelas, tanpa melihat substansi atau integritasnya.

Dampaknya kemudian Pengeluaran Besar untuk Kampanye menjadi sedemikian besar. Pemilih seringkali menganggap calon yang menghabiskan banyak uang untuk kampanye sebagai orang yang tegas dan berkomitmen. Calon yang banyak duitnya dianggap lebih pantas dan bisa diandalkan. Sebaliknya calon yang mengalami kesulitan keuangan untuk sosialisasi dan kampanye dipandang tidak layak dan tidak bisa diandalkan sehingga tidak perlu didukung. Kader yang tidak memiliki dana besar terhalang untuk maju dalam politik. Money politics menguntungkan calon yang memiliki dana besar, sehingga menciptakan ketidakadilan dalam kompetisi politik. Calon yang berkualitas tetapi kurang dana mungkin kalah dalam persaingan.

Kenyataannya Praktik money politics dapat menyebabkan pemilih memilih berdasarkan aspek non-substansial seperti kesan visual atau perasaan, bukan berdasarkan program atau integritas calon. Selain itu Pemilih cenderung kurang kritis terhadap calon yang terlibat dalam money politics karena terpesona dengan imbalan atau bantuan yang diterima.

Dalam tataran yang lebih tinggi mereka juga bisa merebut pengaruh media. Kekuatan uang dan modal memungkinkan calon untuk mengendalikan media massa, mempromosikan citra keberhasilan dan ketegasan melalui liputan yang didominasi oleh kampanye mereka. Mereka berusaha mengendalikan dan mengatur media agar menjadi alat kesuksesan kampanye mereka. Money politics dapat mengontrol informasi yang diterima pemilih melalui media massa. Calon dapat membayar untuk mendapatkan liputan yang menggambarkan dirinya sebagai pilihan yang layak dan kompeten.

Dampak Money Politik kemudian merambah pada Asosiasi dengan Kesuksesan dan Kemampuan. Calon yang memiliki atau mendapat dukungan finansial besar dari para donatur seringkali dianggap memiliki koneksi dan jaringan yang luas, yang bisa dipandang positif oleh pemilih sebagai tanda keberhasilan dan kemampuan. Kemudian pemilih merasa lebih layak untuk didukung.

Yang terjadi kemudian adanya Pengabaian Terhadap Isu Integritas. Money politics seringkali berhasil mengalihkan perhatian pemilih dari isu-isu integritas dan moralitas. Pemilih mungkin lebih terpaku pada hadiah atau bantuan yang diterima, daripada mengkritisi praktek korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan. Di sisi lain pemilih yang terpengaruh oleh money politics mungkin tidak sepenuhnya memahami konsekuensi negatif dari praktik tersebut, dan menganggapnya sebagai hal yang wajar dalam politik.

Ujungnya kemudian berkembanglah pemahaman yang Salah. Praktik money politics dapat menciptakan pemahaman yang salah di kalangan pemilih. Mereka mungkin percaya bahwa hanya calon dengan kemampuan finansial besar yang bisa menjadi pemimpin yang efektif, tanpa mempertimbangkan sumber atau etika uang tersebut.

Caleg dan Kandidat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun