Mohon tunggu...
Muhammad Muizuddin Alief
Muhammad Muizuddin Alief Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa biasa, berjalan pelan dan Tak berhenti karena setiap langkah adalah bagian dari tujuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menuju Indonesia Emas 2045: Mengubah Kota Kita Agar Lebih Pintar, Hijau dan Manusiawi

22 September 2025   21:14 Diperbarui: 22 September 2025   21:14 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Latar Belakang: Cerminan Tantangan Perkotaan di Indonesia

Kini, kota-kota di Indonesia menghadapi serangkaian tantangan kompleks yang mendesak, mencerminkan ketegangan antara pertumbuhan pesat dan kapasitas daya dukung yang terbatas. Fenomena seperti kemacetan kronis, polusi udara yang memburuk, ketimpangan sosial-ekonomi, dan laju urbanisasi yang tidak terkendali telah menjadi potret sehari-hari kehidupan perkotaan. Tantangan-tantangan ini tidak hanya menghambat efisiensi ekonomi tetapi juga mengikis kualitas hidup masyarakat.

Pertumbuhan penduduk perkotaan yang didorong oleh migrasi ini menciptakan siklus kompleks. Migrasi dari desa ke kota sering kali didasari oleh harapan akan "mimpi kota besar," seperti akses ke lapangan pekerjaan dan layanan yang lebih baik. Namun, realitas di lapangan seringkali berhadapan dengan "kenyataan pahit," di mana tekanan populasi yang melonjak tidak seimbang dengan ketersediaan infrastruktur, yang pada akhirnya memperburuk masalah seperti kemacetan, permukiman kumuh, dan ketimpangan layanan dasar. Meskipun kota-kota besar dianggap sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan proporsi penduduk perkotaan berkorelasi positif dengan PDB per kapita pertumbuhan ini tidak selalu merata. Hal ini justru menyebabkan konsentrasi kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di wilayah perkotaan, yang menempatkan tekanan sosial yang signifikan pada pemerintah kota dan masyarakat. Oleh karena itu, permasalahan perkotaan di Indonesia bukanlah sekadar masalah teknis seperti kemacetan, melainkan masalah sistemik yang berakar pada ketidakseimbangan pembangunan regional yang memicu migrasi yang tidak terkelola.   

Relevansi di Era Disrupsi Global dan Digitalisasi

Di tengah gelombang globalisasi dan digitalisasi, visi kota masa depan menjadi lebih relevan dan mendesak. Kota tidak lagi hanya dilihat sebagai pusat fisik, melainkan juga ekosistem digital yang saling terhubung. Diperlukan sebuah paradigma baru yang mengintegrasikan teknologi canggih dengan prinsip keberlanjutan dan kemanusiaan. Maka, pertanyaan besar yang menjadi panduan laporan ini adalah: Bagaimana seharusnya wajah kota masa depan, dan apa yang harus dilakukan Indonesia untuk mencapainya?

Dalam pandangan modern, kota melampaui perannya sebagai sekadar tempat berkumpulnya penduduk. Kota adalah motor penggerak peradaban, pusat inovasi yang terus-menerus melahirkan ide-ide baru, dan mesin pertumbuhan ekonomi yang menggerakkan roda kemajuan nasional. Sebuah kota yang maju tidak hanya dinilai dari skala ekonominya, tetapi juga dari kualitas hidup yang ditawarkannya kepada warganya.

Lima Pilar Utama Kota Ideal

Untuk mewujudkan kota ideal di masa depan, diperlukan sinergi dari lima pilar utama:

  1. Teknologi dan Konektivitas: Konsep smart city menjadi fondasi utama. Arsitektur smart city mencakup tiga lapisan: lapisan persepsi (sensor dan perangkat IoT), lapisan jaringan (konektivitas yang menghubungkan data), dan lapisan aplikasi (layanan publik cerdas). Teknologi seperti Kecerdasan Buatan (AI) dapat digunakan untuk menganalisis perilaku pengguna dan mengelola ruang publik secara dinamis. Penerapan teknologi IoT dapat meningkatkan efisiensi operasional kota dalam manajemen transportasi, energi, dan keamanan.   

  2. Lingkungan dan Keberlanjutan: Kota masa depan harus mengutamakan keberlanjutan. Ini berarti penggunaan energi terbarukan, pengelolaan sampah yang efisien dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), dan ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) yang memadai. RTH, selain berfungsi sebagai paru-paru kota, juga membantu mengurangi polusi, meningkatkan cadangan air tanah, dan meredam kebisingan.   

  3. Inklusivitas Sosial dan Kenyamanan Hidup: Sebuah kota yang baik adalah kota yang manusiawi dan adil. Ruang publik harus dirancang agar dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, termasuk lansia, anak-anak, dan penyandang disabilitas. Konsep ini berfokus pada pembangunan yang mengutamakan kualitas hidup, bukan hanya pertumbuhan ekonomi.   

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun