Berdebar menulis saat injury time.@kompasiana #THRKompasiana— muis sunarya (@Muis5un4rya) May 8, 2021
Baru tahun ini (2021) saya mengikuti event Tebar Hikmah Ramadan (THR) Kompasiana dengan menulis secara intens dan maraton setiap hari di bulan Ramadan ini.Â
Sebelumnya, saya memang belum pernah ikut. Selalu mandeg di tengah jalan. Paling-paling saya hanya bisa menulis satu atau dua artikel saja. Untuk THR Kompasiana kali ini, alhamdulillah, saya bisa mengikutinya. Semoga saja bisa tuntas sampai batas.
THR Kompasiana ini adalah tantangan tersendiri bagi saya. Karena saya terus terang tidak pernah menulis di Kompasiana ini tiap hari terus-menerus tanpa absen. Saya paling banter dua atau 3 hari sekali, atau bahkan seminggu sekali menulis di Kompasiana.
Selain itu THR Kompasiana mengajak saya tidak sekadar menayangkan konten atau tulisan semau saya sendiri, tetapi saya harus mematuhi peraturan dan ketentuan yang yang telah digariskan oleh Tim Kompasiana.
Jika tidak, tentu risikonya tidak bakal diikutsertakan dalam kompetisi ini. Jadi mau tidak mau saya harus disiplin dalam mengikuti aturan main yang ada.
Makanya, saya sering merasakan jantung saya berdebar ketika menulis di saat-saat injury time atau berada pada menit-menit terakhir batas waktu hari itu harus tayang tulisan.
Merasakan sensasi tersendiri saat dikejar tayang.@kompasiana #THRKompasiana— muis sunarya (@Muis5un4rya) May 8, 2021
Dengan begitu, saya merasakan sensasi tersindiri saat dikejar tayang mungkin laiknya dikejar matan. Sayang saya enggak pernah dikejar mantan. Karena sekarang inibmantan pacar saya selalu ada bersama saya. Kalau dikejar debt collector kayaknya pernah juga ngalamin, karena lambat bayar cicilan. Hehe...
Sehabis tayang tulisan, ada aturan yang otomatis tulisan buru-buru dikunci pula oleh admin Kompasiana. Alasannya demi sportivitas. Di sini saya makin merasakan sensasinya berlipat ganda.