Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pilih Sekolah untuk Anak, "Mana Suka Siaran Niaga"

11 Januari 2021   17:32 Diperbarui: 11 Januari 2021   17:33 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi yang lulus melalui kedua jalur ini dikenakan biaya kuliah yang bernama Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang ditentukan oleh pemerintah. Jumlah UKT berbeda-beda pada setiap jurusan atau prodi masing-masing.

Ketiga, Seleksi Mandiri yang dilaksanakan oleh masing-masing PTN. Ini yang membedakannya, adalah selain mahasiswa baru harus membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT), juga harus membayar biaya sumbangan pendidikan khusus (biar gampang sebut saja uang bangunan), dan jumlahnya bervariasi sesuai yang ditentukan oleh masing-masing PTN. 

Untuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di bawah kewenangan Kementerian Agama, meliputi Universitas Islam Negeri (UIN)/Institut Agama Islam Negeri (IAIN) secara nasional, maka ada jalur seleksi masuk tersendiri yang bentuknya hampir sama dengan PTN lain.

Ada Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SMPTKIN) lewat jalur hasil rapor dan prestasi, ada Seleksi Bersama Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SBMPTKIN) lewat jalur Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK, dan Seleksi Mandiri yang digelar oleh masing-masing UIN/IAIN.

Tentang uang kuliah di UIN/IAIN ini pun sama, ada Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang ditentukan oleh pemerintah. 

Untuk yang jalur Seleksi Mandiri pun, mahasiswa baru dikenakan uang bangunan atau biaya sumbangan pendidikan khusus yang angka rupiahnya bervariasi di setiap UIN/IAIN.

Baca juga: Mengelah Keluh tentang Kembali Belajar 

Sengaja saya tidak menyebut berapa angka-angka rupiah berkaitan dengan biaya pendidikan itu, seperti halnya yang saya alami selama ini dalam mendampingi anak-anak saya dalam menapaki proses perjalanan panjang pendidikannya.

Saya bersyukur. Ini adalah amanah dan tanggung jawaab sebagai orang tua dalam mengantarkan anak-anak meraih cita-cita menuju masa depannya. 

Saya merasakan betul bahwa biaya pendidikan anak-anak itu tidak murah. Sekilas—bisa jadi ini subyektif—saya melihat ada kecenderungan sebagian orang (penyelenggara pendidikan) yang mengukur kualitas pendidikan dengan tolok ukur materialistik-kapitalistik. 

Proses kapitalisasi pendidikan. Mereka tampaknya menganut paham, "the education is business as usual as a company". Tabik. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun