Mohon tunggu...
M Yansi
M Yansi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

tinggal di makassar sekarang berusia 46

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Jokowi-Kalla Beda lagi di PSSI

7 Juni 2015   02:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:19 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Perkembangan sepak bola tanah air memasuki babak baru ketika kongres PSSI berlangsung dan menganghasil komposisi pengurus sebagai ketua umum La Nyalla Mattalitti, dedengkot bola dari Surabaya yang berdarah Bugis makassar membuat Menpora sebagai kader PKB langsung membuat gebrakan dengan membekukan PSSI, maslahanya apa kok tidak suka pada kepengurusan yang baru, lembaganya di bekukan, bolehka pemerintah turut campur dalam olag raga, di negara-negara maju yang benar olah raga menjadi berkembang begitu pesat, pemerintah mereka tidak pernah tuh mengurusi hal-hal tetek bengek dan kecil begitu, pemerintah mereka justru melakukan upaya yang serius dalam mengembangkan sepak bola mereka.

Indonesia, negara yang berpenduduk begitu banyak, hanya pada tahun 50 an di anggap berhasil karena mampu bermain bola dengan mengalahkan Rusia yang pada tahun 50 an tersebut ada seorang pesepak bola dari makassar yang hebat, namanya RAMANG si macam bola yang berhasil mengangkat nama bangsa, setelah era itu maka sepak bola indonesia cenderung naik turun prestasinya, di tingkat asia hanya berada di level bawah.

PSSI sebagai induk sepak bola nasional sejatinya tidak perlu di campuri oelh kepentingan ppolitik, namun apa di kata, PSSI justru menjadi ajang pertarungan politik yang sangat keras dan kencang, karena di anggap bahwa PSSI mempunyai massa yang banyak dan klub sepak bola adalah mereka yang berkecimpung di dunia politik sehingga semua klub sepak bola adalah para tokoh politik yang memanfaatkan sepak bola sebagai bargaining jika berada pada posisi yang menguntungkan.

PSSI menjadi tempat berkumpulnya para tokoh politik yang juga menjadi tokoh olah raga, disinilah jelasnya bahwa olah raga sepak bola yang nota bene menjadi olah raga yang di gemari mulai dari rakyat jelata sampi pemimpin negara, justru menjadi ajang perkelahian politik antara klub dan PSSI. kalau kita tengok kebelakang, era kepemimpinan sebelumnya, PSSI memang banyak di pimpin oleh pengusaha dan sekaligus mereka yang berkecimpung di pemerintahan, padahal untuk menjadi negara dengan sepak bola terkenal, pemerintah tidak perlu ikut campur terlalu jauh dengan PSSI.

Era kepemimpinan Nurdin Khalid sebagai ketua umum PSSI juga menjadi ajang pertarungan politik yang panjang, karena seorang Nurdin Khalid juga sebagai anggota DPR RI yang berkcimpunga di PSSI dan PSSI di tariktarik menjadi orang Golkar, nah inilah kelemahan sehingga lebih daro 200 juta penduduk Indonesia tidak mampu unytuk bisa menghasilakn hanya dengan 16 orang yang bisa menjadi pesepak bola terkenal dan bisa menjadi negara dengan sepak bola yang baik.

Era Johan Arifin juga seperti itu, malah PSSI mendapat sangsi dari FIFA akibat campur tangan pemerintah yang sangat kuat, padahal statuta FIFA melarang dengan keras campur tanganpemerintah di sepak bola. Sekarang konflik semakin kuat antar PSSI dengan pemerintah, di mana Menpora membekukan PSSI, logikanya di mana seorang Menteri membekukan organisasi sepak bola yang mempunyai iduk tersendiri dan di akui dunia, Menpora turut campur telalu jauh dengan PSSI sehingga klub juga tidak bisa berkembang karena induk olahraga yang jelas menjadi bagian dari FIFA selalu di intervensi, PSSI adalah organisasi yang mempunyai induk yang jelas, pemerintah malah turut campur untuk kata pemerintah di benahi, untuk apa pemerintah benahi sepak bola, urus saja yang lain yang lebih urgen, atau Kementrian pemuda dan olah raga di hapus saja karena telah mengintervensi PSSI.

Jusuf Kalla yang selalu membuat jargon lebih cepat lebih baik, langsung menginstruksikan untuk mencabut surat pembekuan PSSI dari menpora agar supaya PSSI tidak mendapat sangsi dari FIFA sampai batas 30 Mei 2015, namun di sisi lain Menpora melapor kepada Presiden tentang surat pemebekuan PSSI, eee malah JOKOWI memberi dukungan untuk di benahi, Presiden dan Wapres berbeda menyikapi kisruh PSSI yang seharusnya mereka kompak dan tidak memperlihat sikap berbeda selama ini, JK selalu ingin cepat, namun JK adalah wakilnya Jokowi yang harus selalu mengikuti arahan bos, apakah Jk yang selalu berbeda dengan Jokowi ataukah Jokowi yang selalu berada di dalam tekananpolitik sehingga selalu berbeda dengan Kalla...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun