Pontianak, 5 Mei 2025. Di tengah zaman yang bising oleh slogan, popularitas, dan pencitraan, masih ada jalan sunyi yang dilalui oleh para pelayan umat. Tak tampak gemerlap, tak terdengar sorak puja. Tapi dari jalan itulah cahaya lahir, dan harapan tumbuh. Masjid At-Tanwir Alkazhim Pusat Dakwah Muhammadiyah Kalbar hadir bukan sebagai panggung, melainkan sebagai panggilan.
Saya bukan siapa-siapa, hanya satu dari sekian pelayan masjid. Tapi dari posisi ini saya belajar langsung, menyaksikan dengan mata kepala, bagaimana ruh dakwah itu tak selalu bersuara lantang, tapi selalu menyentuh hati. Terlebih di bawah kepemimpinan Ketua Masjid, Bapak Uray Muhammad Amin, S.T., sosok yang tidak hanya bekerja, tapi berdoa setiap waktu agar Allah Ta'ala menghadirkan orang-orang ikhlas dalam mengurus masjid ini.
"Masjid ini tidak akan hidup hanya dengan program, tapi dengan orang-orang yang ikhlas hadir didalamnya." -- Uray Muhammad Amin
Membangun Basis Dakwah dari Kesadaran Sosial EkonomiÂ
Apa yang digagas oleh Ketua Masjid bukan sekadar program kerja. Ia adalah visi panjang, bagaimana masjid menjadi jantung umat, bukan hanya tempat sujud, tapi tempat bangkit, tempat kembali orang miskin, musafir, yatim dhuafa, pencari makna, hingga para dermawan yang ingin memberi tanpa pamrih.
Langkah-langkah nyata mulai ditempuh; santunan pangan pangan untuk dhuafa, subsidi pendidikan bagi yatim dhuafa, pendampingan spiritual, hingga penguatan solidaritas antarwarga. Semua dirancang bukan karena kelebihan, tapi karena kesadaran. Bahwa masjid ini, sebagaimana Madinah di masa Rasulullah Shalaullahu alaihi wa sallam, harus menjadi rumah pembebasan, bukan hanya rumah ibadah.
Mush'ab bin Umair dan Dakwah Basis di Madinah
Sejarah mencatat dengan harum nama Mush'ab bin Umair, seorang pemuda Quraisy yang dulu hidup dalam kemewahan, dan dimanja keluarganya. Namun ketika cahaya Islam menyentuh hatinya, ia memilih jalan sunyi penuh pengorbanan. Rasulullah Shalaullahu alaihi Wasallam mengutus Mush'ab ke Yatsrib (Madinah) sebelum hijrah, bukan sebagai pejabat, bukan pula komandan perang, tetapi sebagai da'i basis pertama yang mempersiapkan masyarakat Madinah menyambut Rasulullah.
Di kota yang masih bercampur kepercayaan itu, Mush'ab mendatangi rumah demi rumah, duduk di tengah masyarakat, menyampaikan risalah Islam dengan kelembutan, keberanian, dan cinta. Dari tangan Mush'ab lahirlah benih kekuatan Islam di Madinah; rumah-rumah sahabat, kelompok belajar Al-Qur'an, dan jejaring keimanan yang kelak menjadi pondasi berdirinya negara Islam pertama.
Mu'adz bin Jabal: Sistem Zakat Sedekah untuk Pemberdayaan