Mohon tunggu...
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rafi Azzamy Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pelajar

Menjadi manusia yang bersyukur dengan cara bernalar luhur dan tidak ngelantur | IG : @rafiazzamy.ph.d | Cp : 082230246303

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

PhiloFest akan Diadakan, Suatu Festival Pemikiran dan Pengetahuan

20 November 2020   13:54 Diperbarui: 20 November 2020   14:37 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Instagram @philofestid


 

Apa yang menjadi titik balik kemajuan bangsa ini, tak akan terlepas dari peran pengetahuan dan intensitas pemikiran, soal pengetahuan, dalam kajian epistemologi sendiri, pengetahuan manusia di dapatkan melalui intuisi dan indra-indranya, dengan kata lain, peningkatan kualitas intuisi dan indra manusia sangat-lah penting untuk meningkatkan intensitas pengetahuan bangsa. 

 Hal itu dapat terjadi apabila ekosistem atau habitat bangsa, memiliki kecenderungan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju iklim yang kritis bahkan filosofis, sehingga pembicaraan mengenai problematika sains dan humaniora sudah wajar ada-nya, sesuai kata pepatah :

 "Pelaut handal tak lahir di lautan yang tenang"

Dengan kata lain, bangsa cerdas lahir dari lingkungan yang ber-kualitas.  

 Tapi, permasalahan kapitalisme dan hedonisme dalam kehidupan bangsa-lah yang menjadi hambatan akan terjadinya iklim pemikiran dan ilmu pengetahuan, karena sejak dini, bangsa telah di tanami dogma oleh sekolah, belum lagi gaya hidup kebebasan yang mulai menyebarkan wabah-nya, sehingga pemikiran dan ilmu pengetahuan terkesampingkan oleh keuangan dan kesenangan. 

  Pandemi corona ini, seharusnya dan seniscaya-nya dapat menjadi ajang pengetahuan unjuk gigi, karena bangsa terutama anak muda terlepas dari belenggu sekolah yang menjajah, tapi masalah-nya adalah, bahwa anak muda lebih tertarik kepada permainan ketimbang ilmu pengetahuan. 

 Hal tersebut adalah dampak kausal dari sekolah yang mengajarkan secara tak langsung, bahwa pendidikan dan ilmu pengetahuan hanya di butuh-kan untuk pekerjaan, sehingga anak muda-pun memiliki motivasi baru bahwa game online sudah lebih dari cukup untuk sarana cita-cita kesuksesan mencari uang dalam kehidupan. 

 Akhir-nya, wabah hedonisme dari game yang membentuk suatu nilai ultilitarian ini telah menjadi hierarki kebudayaan, dari anak usia dini, bahkan sampai orang dewasa yang punya bini. Akan-kah pengetahuan dapat bersaing dengan hal demikian? Bagaimana metode para pemikir untuk melawan hedonisme yang meraja rela tersebut? Karena mayoritas orang yang bermain game, akan cenderung pada ketidak-peduliannya akan masalah-masalah di sekitarnya. 

 Perlu dicatat bahwa saya masih toleran pada orang yang menganggap game adalah hiburan kesenangan semata, bukan sebagai kewajiban kehidupan-nya. Kembali pada pembahasan tadi, saya terkejut ketika menemui suatu komunitas filsafat yang terbentuk ketika pandemi, komunitas itu bernama Kelas Isolasi, dimana komunitas itu menyediakan gizi pikiran berisi ilmu pengetahuan, tentunya dengan cara yang menyenangkan. 

 Komunitas kajian online yang di hadiri oleh lebih 4000 peserta selama kiprah-nya sampai saat ini, telah banyak menyumbang pengetahuan pada bangsa dikala pandemi, tak hanya itu, ternyata Kelas Isolasi juga memotivasi berdiri-nya beberapa komunitas se-misi, seperti Schole.id, ada juga Logos.id dan masih banyak lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun