Mohon tunggu...
Muh IlhamPaduai
Muh IlhamPaduai Mohon Tunggu... Editor - Muh ilham paduai adalah mahasiswa perbankan syariah, orang yang sedikit cuek tetapi humoris, suka menulis Sejak SD. menyukai beladiri dan segala hal yang berhubungan dengan seni.

Laki-Laki yang menjadikan beladiri dan basket sebagai seni kemudian menulis sebagai olahra(sa)ga. - Akun Media Sosial : - Instagram : @Ilham_Paduai - Facebook : Muh Ilham Paduai - Twitter : @ilhampaduai05 - Wattpad : @Jing_Ga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Uwang Ceceng dan Atta Ceceng: Prolog

3 November 2020   04:29 Diperbarui: 3 November 2020   04:31 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/UxztJ9soAzaRr63j7

UWANG CECENG DAN ATTA CECENG : PROLOG

 

( Ini adalah Part Awal dan Perkenalan  mengenai Kumpulan Cerpen [ Kumcer ] Kisah Uwang Ceceng Dan Atta Ceceng )

PROLOG

Perkenalkan namaku Jingga, Aku adalah anak kedua dari pasangan Ibu dan Ayahku. Iya jelas. Masa Ibu dan Ayah orang lain. Hehe. Aku adalah orang yang sangat malas jika diajak jalan-jalan atau sekedar kumpul-kumpul dikeramaian. Namun, bukan berarti Aku pemalu, Public speaking dan Nilai akademik yang aku miliki adalah salah satu yang terbaik di Kampusku.

Sepulang kuliah Aku tidak pernah keluyuran kemanapun, mengurung diri di kamar adalah yang terbaik. Aku melakukan banyak hal, menulis, menonton anime, bermain gitar, ukulele, recorder, harmonika, mengutak-atik rubik atau segala hal yang menurut versiku itu keren jika Aku bisa melakukannya.

Cerita ini tidak akan membahas tentang Aku dan cerita-cerita kesombonganku. Ini mengenai Ayah dan Ibuku. Seperti judul utamanya, ini cerita mengenai keseharian antara dua orang yang aku banggakan dan sayangi dalam hidupku. Ini mengenai tingkah konyol mereka, keadaan-keadaan lucu yang mereka temui dan gosip-gosip yang mereka berdua bicarakan. Yah, dari balik kamar aku sering menguping mereka mengobrol tentang apapun. Kadang lucu dan membuatku tertawa sendiri di kamar.

Nama asli Ayahku adalah Paduai. Menurut cerita dari nenekku nama paduai ini diberikan oleh salah seorang tetangga yang katanya bermimpi bersamaan ketika Nenekku melahirkan Ayahku. Keesokan harinya Beliau bercerita bahwa semalam katanya Ia bermimpi bahwa anak lelaki yang baru saja lahir disebelah rumahnya itu mesti diberi nama Paduai, entah apa dasarnya, hanya saja didalam mimpinya tersebut Ia menerangkan bahwa apabila anak ini diberi nama Paduai maka kelak ketika dewasa Ia akan sukses dan hidupnya akan bahagia. Nenek dan Kakekku pada waktu itu percaya saja, maklumlah orang tua pada zaman dulu cepat sekali terdoktrin jika berhubungan dengan hal-hal diluar nalar apalagi ini menyangkut kebaikan anaknya sendiri. Akhirnya melekatlah nama Paduai Di Akte lahir hingga KTP ayahku.

Nama asli Ibuku adalah Nurlina. Ibuku ini punya beberapa saudara karena Ibunya ibuku, Nenekku itu punya dua suami sedangkan Ayahnya Ibuku, kakekku punya tiga istri termasuk Ibunya Ibuku. Kakekku bernama Andi Amirullah sedangkan Nenekku bernama Marhani. Dari kakekku yang punya tiga istri, Ibuku mempunyai 11 Saudara sedangkan dari Nenekku, Ibuku punya satu orang saudara. Rumit memang, saya saja sampai tidak paham. Kalau aktualisasi pada era sekarang mungkin seperti ini, Kakekku itu gambaran Fuckboy yang bertanggung jawab sedangkan Nenekku ialah implementasi Fuckgirl paling berhasil.

Orang-orang di kampungku biasa memanggil mereka dengan panggilan Uwang Ceceng ( Ibuku ) dan Atta Ceceng ( Ayahku ).

Nama panggilan Ibuku ini melekat dari keturunan kakekku yakni Puang Amirullah ( Andi Amirullah ). Salah satu panggilan penghargaan keturunan khusus di daerahku. Nama Uwang Ceceng dilekatkan oleh kakekku ketika anak pertama Ibuku, yakni Kakakku lahir. Namanya Ceceng Fadlia. Nama panggilan Ayahku juga berasal dari keturunan kakekku, beliau juga salah satu orang hebat pada zamannya. Kami memanggilnya Attaji Bara'. Ayahku pernah bercerita kalau Attaji Bara' ( Ayahnya ayahku ) pernah pergi melaut kemudian Ia dihadang oleh beberapa kapal bersenjata. Kapal itu menembaki Kapal yang ditumpangi Kakekku tetapi apa yang terjadi tidak ada satupun luka tembak pada tubuhnya. Ayahku bertanya apa yang terjadi saat beliau ditembaki dengan senjata, katanya beliau lenyap, Dia tidak Di dunia waktu itu. Tubuhnya menghilang. Aku yang mendengar Ayahku berkisah mengangguk saja. Mengangguk saja itu tandanya Aku percaya dan kagum karena memang kemampuan orang-orang terdahulu itu semuanya diluar logika. Mereka melakukan segala hal dengan mematahkan logika dan pengetahuan sains. Sama seperti ibuku, nama panggilan tersebut juga mulai dilekatkan pada Ayahku setelah kelahiran Kakakku. Akhirnya orang-orang Di Kampungku akrab memanggil mereka dengan panggilan Uwang Ceceng untuk Ibuku dan Atta Ceceng untuk Ayahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun