Mohon tunggu...
MUH IHSAN PATAU
MUH IHSAN PATAU Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya berprofesi sebagai mahasiswa di Universitas Halu Oleh Kendari
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya memiliki hobi membuat kanten atau artikel yang menarik untuk di upload di media sosial

Selanjutnya

Tutup

Financial

Penguatan Rupiah Terhadap Dolar AS Dukung Arus Modal Asing ke Indonesia

6 November 2023   18:36 Diperbarui: 6 November 2023   19:28 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada awal pekan ini, Rupiah mencatatkan penguatan yang signifikan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan Rupiah terjadi sebagai efek dari kebijakan The Fed yang menahan suku bunga AS minggu lalu, dan juga seiring dengan mulai derasnya arus dana asing ke Indonesia.

Data dari Refinitiv menunjukkan bahwa Rupiah berada pada angka Rp15.580/US$ atau menguat sekitar 0,92%. Selama sesi perdagangan, Rupiah terus menguat hingga mencapai 1,02%, berada di kisaran Rp15.565/US$. Penguatan ini adalah kelanjutan dari tren positif pada hari sebelumnya yang juga ditutup dengan penguatan sebesar 0,79%. Posisi ini juga merupakan yang terkuat sejak 3 Oktober 2023.

Pada pukul 09:07 WIB, Rupiah bahkan mencapai angka Rp15.560/US$, mengalami penguatan sebesar 1,05%.

Sementara itu, indeks Dolar AS (DXY) pada pukul 08.50 WIB mengalami kenaikan tipis sebesar 0,07% dan berada di angka 105,09. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penutupan perdagangan pada hari sebelumnya, yang berada di angka 105,02.

Penguatan Rupiah ini sejalan dengan arus modal asing yang kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia. Hal ini terlihat dari kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 1,01% menjadi 6.857,18 pada sesi perdagangan pagi.

Arus masuk ini beriringan dengan kebijakan The Fed. Ketua Bank Sentral AS, Jerome Powell, memutuskan untuk menahan suku bunga acuan dan memberikan sinyal yang kurang ketat dibanding sebelumnya.

Dalam pernyataan resmi The Fed, disebutkan bahwa indikator terbaru menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi AS masih kuat di kuartal III-2023, meskipun data tenaga kerja menunjukkan pertumbuhan yang moderat meski masih dalam fase yang kuat. Tingkat pengangguran juga tetap rendah dan tingkat inflasi masih tinggi.

Keputusan The Fed ini sedikit berbeda dengan pernyataan pada September yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi AS sebagai "solid" dan data tenaga kerja sebagai "sudah melambat tetapi masih dalam fase kuat".

Ekonom dari Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menilai bahwa keputusan The Fed untuk menjaga suku bunga berdampak positif terhadap nilai tukar Rupiah dan pasar keuangan. Keputusan ini langsung mengakibatkan penurunan imbal hasil obligasi AS, meningkatkan daya tarik investasi dalam aset investasi Indonesia, termasuk obligasi Indonesia.

Meskipun mengalami penguatan, perlu diingat bahwa Rupiah tetap mengalami pelemahan dalam beberapa bulan terakhir, dengan tren terdepresiasi selama enam bulan berturut-turut sejak Mei 2023. Posisi terlemah Rupiah tahun ini tercatat pada 27 Oktober 2023 di angka Rp15.935/US$, yang merupakan posisi terparah dalam 3,5 tahun terakhir.

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk., Andry Asmoro, menyatakan bahwa penguatan Rupiah saat ini didorong oleh dua faktor, yaitu kebijakan The Fed yang kurang hawkish ke depan dan kenaikan tingkat pengangguran di AS. Ia juga mencatat bahwa jika The Fed meyakinkan bahwa tidak diperlukan kenaikan suku bunga lebih lanjut, maka Dolar AS kemungkinan akan melemah di masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun