Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Zulkifli Lubis: Bapak Intelijen Indonesia dan Rival Nasution

27 September 2025   02:37 Diperbarui: 27 September 2025   02:37 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zulfikli Lubis (Dok.  Keluarga Zulkifli Lubis/ Arsip Nasional)

Ketika berbicara tentang sejarah militer Indonesia, nama besar Jenderal Besar Abdul Haris Nasution selalu muncul di garis depan. Namun, di balik sorot lampu sejarah, ada satu sosok yang tak kalah penting, bahkan sering disebut sebagai "bapak intelijen Indonesia": Zulkifli Lubis. Figur penuh kontroversi ini menorehkan jejak panjang, dari masa penjajahan Jepang, revolusi kemerdekaan, hingga pergulatan politik era awal republik.

Kisahnya adalah tentang kecerdikan, keberanian, dan persaingan abadi dengan Nasution yang membentuk wajah militer Indonesia di masa-masa awal.

Masa Muda dan Pendidikan Militer

Zulkifli Lubis lahir pada 26 Desember 1923 di Aceh, sebuah daerah yang terkenal melahirkan pejuang tangguh. Masa mudanya bertepatan dengan masa genting ketika Jepang masuk ke Indonesia pada 1942. Banyak pemuda pribumi yang kemudian direkrut ke dalam PETA (Pembela Tanah Air).

Lubis adalah salah satu pemuda terpilih. Ketajamannya dalam berpikir, kemampuan menganalisis situasi, serta kecerdasan strategisnya membuat ia cepat menonjol. Saat kawan-kawan seusianya masih sibuk berlatih baris-berbaris, ia sudah mencatat peta jalan, menghitung kekuatan musuh, dan memikirkan strategi gerilya.

Jepang yang saat itu sangat membutuhkan kader militer pribumi untuk menopang perangnya di Asia Pasifik, mendidik para pemuda dengan disiplin keras. Dari sinilah Lubis banyak belajar tentang dunia intelijen, penyamaran, dan infiltrasi. Bekal itu kelak menjadi modal penting saat Indonesia benar-benar memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Awal Kemerdekaan dan Badan Istimewa

Pasca proklamasi, Republik Indonesia butuh sistem pertahanan yang bukan hanya mengandalkan senjata, tapi juga informasi. Di sinilah peran Lubis menjadi sangat vital. Ia mendirikan Badan Istimewa, cikal bakal badan intelijen Indonesia. Tugasnya jelas: mengumpulkan informasi dari lapangan, mengintai pergerakan Belanda, dan melaporkannya kepada pimpinan republik.

Lubis sering bergerak dalam senyap, menyamar, bahkan menyusup ke wilayah musuh. Cerita-cerita dari masa itu menggambarkan dirinya sebagai sosok yang luwes, cepat, dan piawai membaca situasi. Ia bisa bergaul dengan siapa saja, mulai dari petani desa sampai pejabat kolonial.

Dari Badan Istimewa, lahir kemudian unit-unit intelijen yang makin rapi, termasuk Penyelidik Militer Khusus (PMK). Lubis membangun jaringan yang begitu luas, menjadikan dirinya figur sentral di dunia intelijen Indonesia.

Rivalitas dengan Abdul Haris Nasution

Perjalanan Lubis tidak pernah mulus. Dari awal, ia sudah berhadapan dengan Abdul Haris Nasution, Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia.

Nasution yang berhaluan militer-strategis sering berbenturan pandangan dengan Lubis yang lebih condong ke dunia intelijen dan operasi rahasia. Keduanya sama-sama ambisius, sama-sama cerdas, namun berbeda gaya. Nasution tegas, formal, dan berorientasi pada struktur. Sementara Lubis fleksibel, senang berimprovisasi, dan kerap bergerak di luar garis resmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun