Pertempuran Thermopylae pada tahun 480 SM adalah salah satu kisah paling heroik dalam sejarah. Pertempuran ini hanyalah satu bagian dari Perang Yunani-Persia, namun aksi Raja Leonidas bersama pasukan Sparta membuatnya abadi dalam ingatan manusia. Di sana, sekelompok kecil pasukan Yunani menghadang serangan besar-besaran dari Persia yang dipimpin Raja Xerxes I. Kisah heroik inilah yang kemudian menginspirasi berbagai karya, termasuk film The 300 Spartans (1962) dan 300 (2006).
Namun, apakah kisah dalam film 300 benar-benar menggambarkan kejadian sejarah yang sesungguhnya?
Latar Belakang Perang
Akar konflik ini bermula pada tahun 499 SM, ketika kota-kota Ionia memberontak melawan kekuasaan Persia yang saat itu dipimpin Darius I. Athena ikut membantu pemberontakan, dan akibatnya Persia menuntut balas. Darius mengirim utusan ke kota-kota Yunani untuk menuntut upeti. Banyak yang tunduk, tetapi tidak dengan Athena dan Sparta.
Di Athena, utusan Persia dieksekusi. Di Sparta, utusan bahkan dilempar ke sumur. Adegan ini muncul dalam film 300, ketika Leonidas menendang utusan Persia. Bedanya, saat peristiwa ini terjadi Leonidas belum menjadi raja, dan Persia masih dipimpin Darius I, bukan Xerxes I.
Darius pun mengirim ekspedisi militer. Ia sempat meraih kemenangan, tetapi kalah di Marathon (490 SM). Sebelum bisa membalas lagi, ia meninggal dan digantikan oleh putranya, Xerxes I. Dari sinilah ekspedisi besar Persia dimulai kembali, termasuk pertempuran di Thermopylae.
Pertempuran Thermopylae
Di sisi lain, Sparta sedang terikat aturan adat. Saat itu Olimpiade dan festival keagamaan Carneia berlangsung, dan dalam tradisi mereka, berperang di masa itu dianggap melanggar kesucian. Tetapi, ancaman Persia terlalu besar untuk sekadar ditunggu. Maka, Raja Leonidas mengambil keputusan berani: ia berangkat ke Thermopylae bersama pasukan pengawal pribadinya, yang disebut Hippeis, berjumlah 300 prajurit.
Mereka bukan sembarang prajurit. Hampir semuanya adalah veteran tangguh, sudah kenyang pengalaman perang, dan rata-rata sudah memiliki anak. Tujuannya jelas, agar jika mereka gugur, keluarga mereka tetap memiliki penerus.
Namun Leonidas tidak bertempur sendirian. Ia mendapat dukungan 700 prajurit dari Thespia, 1.000 dari Phokia, 400 dari Thebes, serta ribuan prajurit dari Boeotia, Arkadia, dan Lacedaemonia. Jika dijumlahkan, pasukan Yunani yang berkumpul di Thermopylae mencapai sekitar 7.000 orang.
Rencana Leonidas sederhana tapi cerdas: menahan Persia di jalur sempit Thermopylae. Dengan begitu, keunggulan jumlah pasukan Persia tidak bisa digunakan maksimal. Medan sempit itu membuat pasukan Yunani bisa bertahan lebih lama, sambil memberi waktu kepada angkatan laut dan sekutu mereka untuk mempersiapkan perlawanan besar di tempat lain.