Di tengah gegap gempita Anfield pada Minggu malam, 25 Mei 2025, satu nama kembali menggema: Mohamed Salah. Bukan hanya karena gol indahnya yang menyelamatkan Liverpool dari kekalahan. Bukan pula sekadar karena ia menutup musim dengan selebrasi di hadapan publik Anfield. Tapi karena sepanjang musim 2024/2025, ia kembali membuktikan diri sebagai Raja Liverpool---ikon sejati yang tak tergantikan.
Di usia 32 tahun, ketika sebagian besar pesepak bola mulai mengalami penurunan performa, Salah justru tampil makin tajam dan penuh determinasi. Dalam masa transisi yang cukup menegangkan---saat Liverpool harus beradaptasi dengan kepergian Jrgen Klopp dan menyambut Arne Slot sebagai pelatih anyar---Salah hadir sebagai jangkar stabilitas dan pemimpin tanpa selempang. Ia bukan hanya menjaga irama permainan, tapi juga menjadi motor utama yang membawa Liverpool kembali ke puncak kejayaan sepak bola Inggris.
Catatan statistiknya luar biasa: 29 gol dan 18 assist dalam 37 pertandingan Premier League. Total 47 kontribusi gol, sebuah angka fantastis yang memecahkan rekor kontribusi terbanyak dalam satu musim format 38 laga. Sebelumnya, rekor itu dipegang bersama oleh Erling Haaland dan Thierry Henry dengan 44 kontribusi gol. Kini, Salah menyamai rekor sepanjang masa milik Alan Shearer dan Andy Cole, yang mencatatkan 47 kontribusi saat Premier League masih memainkan 42 laga dalam semusim.
Momen paling ikonik datang di pertandingan pamungkas. Kala Liverpool tertinggal 0-1 dari Crystal Palace dan harus bermain dengan 10 pemain akibat kartu merah Ryan Gravenberch. Tapi seperti kisah klasik para legenda, Salah datang tepat saat dibutuhkan. Menit ke-84, sundulan Cody Gakpo melayang di udara, dan Salah menyambarnya dengan sepakan gunting indah yang menggetarkan jala gawang. Skor menjadi 1-1. Anfield bergemuruh. Itu bukan sekadar gol penyama---itu penyelamat martabat dan penutup musim yang manis.
Dengan gol tersebut, Salah memastikan bahwa Liverpool tak mengakhiri musim dengan kekalahan, sekaligus mengunci Top skor Premier League 2024/2025. Ia menjadi simbol kegigihan dan daya juang yang tak pernah padam. Dan lebih dari itu, kontribusinya menjadi momen penegasan bahwa gelar MVP alias Pemain Terbaik Premier League 2024/2025 memang pantas ia sandang.
Ini menjadi kali kedua Mohamed Salah dinobatkan sebagai pemain terbaik Premier League, setelah pertama kali meraihnya pada musim 2017/2018. Ia pun masuk dalam kelompok elite bersama Thierry Henry, Cristiano Ronaldo, Nemanja Vidic, dan Kevin De Bruyne---para legenda yang pernah dua kali dinobatkan sebagai yang terbaik di Inggris.
Meskipun musim ini terasa manis, perjalanan Salah musim ini tidak selalu mulus. Ketidakpastian sempat menyelimuti masa depannya. Rumor hengkang menguat, bahkan ia sendiri sempat menyatakan bahwa peluang pergi lebih besar ketimbang bertahan. Tapi cinta dan loyalitas berbicara. Pada April lalu, Mohamed Salah resmi memperpanjang kontraknya bersama Liverpool---menutup segala spekulasi dan mengirim pesan tegas: ia belum selesai di Anfield.
Sejak kedatangannya di tahun 2017, Salah bukan hanya menjadi andalan lini depan, tetapi juga transformator klub. Ia adalah bagian dari kebangkitan Liverpool sebagai kekuatan dominan Eropa dan dunia. Bersamanya, The Reds meraih segalanya: Liga Champions, Liga Inggris, Piala FA, Piala Liga, Piala Super Eropa, hingga Piala Dunia Antarklub.
Dan musim ini, ia kembali menjadi jantung kekuatan Liverpool. Ia mengomandoi lini serang, menginspirasi rekan setim, dan membungkam keraguan. Dengan 29 gol yang mengantarnya meraih Golden Boot keempat, Salah menyamai rekor milik Thierry Henry. Sebuah pencapaian yang mempertegas posisinya di antara para legenda sejati Premier League.
Tak heran jika sebutan "The Egyptian King" semakin lekat dan layak disandang. Ia adalah pemimpin di masa transisi, penyelamat di saat genting, dan simbol harapan bagi jutaan penggemar Liverpool di seluruh dunia.