Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pilihan Menjadi Non-Perokok, Apa Keuntungannya?

22 April 2025   22:50 Diperbarui: 23 April 2025   10:54 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menolak rokok (sumber gambar pixabay/ Myriams-Fotos)

Setelah membuka timeline dan membaca data terbaru, saya mendapati bahwa persentase pria perokok aktif di Indonesia telah mencapai 73,2% per tahun 2025 dan menjadi angka tertinggi di dunia. 

Artinya, saat ini hanya ada sekitar 26,8% pria Indonesia yang tidak merokok. Dalam setiap sepuluh pria, hanya dua hingga tiga orang yang tidak merokok, sisanya adalah perokok aktif.

Sebagai bagian dari minoritas ini, saya cukup sering mendapat pertanyaan, “Kenapa nggak merokok? Kalau stres ngapain?”

Saya biasanya menjawab dengan santai, “Banyak hal yang bisa dilakukan: menulis, berlari, membaca buku, mendengarkan musik, atau menikmati kopi sambil memikirkan masa depan. Yang penting, tidak merusak diri sendiri.”

Namun kenyataannya, menjadi non-perokok di tengah lingkungan yang akrab dengan asap rokok bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika dalam keluarga, pertemanan, atau lingkungan kerja, merokok dianggap sebagai sesuatu yang lumrah.

Tak jarang, seseorang yang tidak merokok dianggap kurang ‘gaul’ atau kurang maskulin. Padahal, justru menjaga diri dari rokok adalah wujud keberanian dan kesadaran yang patut diapresiasi.

Menurut data dari Katadata, Indonesia juga menempati posisi kelima sebagai negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia, dengan sekitar 70 juta orang aktif merokok. Ironisnya, banyak yang sudah mulai merokok sejak usia belia, yakni antara 15 hingga 19 tahun. Ini bukan sekadar kebiasaan, melainkan cerminan dari pola hidup yang kurang sehat sejak dini.

Dampak rokok terhadap kesehatan pun bukan lagi rahasia. Mulai dari kerusakan paru-paru, gangguan jantung, hingga meningkatnya risiko kanker. Lebih dari itu, dampaknya juga dirasakan oleh orang-orang di sekitar. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan penuh asap rokok memiliki risiko tinggi mengalami gangguan pernapasan.

Pilihan Menjadi Non-Perokok

Sebagai pria yang memilih untuk tidak merokok, saya ingin berbagi pandangan: ini bukan soal pencitraan atau ingin berbeda, melainkan bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.

Beruntungnya di dalam keluarga, Bapak saya sendiri tidak merokok. Mungkin ini menjadi alasan terbesar saya menjadi Non-Perokok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun