Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Teh, Antara Penyebutan Tea dan Cha

13 Februari 2025   11:00 Diperbarui: 13 Februari 2025   11:32 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Teh Hangat (sumber gambar: Pixabay/PDPics)

Siapa yang suka minum Teh? Membayangkan segelas teh hangat yang mengepul di tangan saat akan diminum. Begitu sederhana, namun di balik secangkir teh tersimpan sejarah panjang yang melintasi benua dan zaman.

Sejarah teh bermula ribuan tahun yang lalu di Tiongkok. Legenda menyebutkan bahwa Kaisar Shen Nong secara tidak sengaja menemukan teh pada tahun 2737 SM ketika beberapa daun dari pohon teh liar jatuh ke dalam air panas yang sedang direbusnya. 

Sejak saat itu, teh menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Tiongkok dan menyebar ke berbagai penjuru dunia (UK Tea & Infusions Association, 2023).

Kemudian pada masa Dinasti Han, teh mulai berkembang sebagai minuman dan bukan hanya ramuan obat. Selain itu, teknik menyeduh teh juga mengalami perbaikan. 

Pada masa Dinasti Han, minuman hasil seduhan dari tanaman bernama ilmiah Camellia sinensis itu dikenal dengan "Jia" yang berarti "minuman dengan rasa pahit". Pada masa itu, teh hanya dikonsumsi oleh keluarga kerajaan dan bangsawan saja.

Teh baru populer sebagai minuman pada masa Dinasti Tang sekitar abad ke-7, dan dikenal dengan nama "Cha". Pada masa itu, teh sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Dinasti Tang, Tiongkok. Pada masa Dinasti Tang pula muncul seorang sastrawan bernama Lu Yu. Nama "Cha" terus bertahan bahkan hingga era perdagangan di jalur sutra. 

"Cha" menjadi komoditas yang dibeli oleh kafilah dari Asia Tengah untuk kemudian dijual kembali ke negara-negara di Timur Tengah. Setelah itu datanglah orang-orang Eropa ke daratan China untuk berdagang. 

Mengapa ada yang menyebutnya Tea dan Cha?

Namun, tahukah bahwa penyebutan teh di berbagai negara memiliki asal-usul yang menarik? Kata "tea" dan "cha" bukan sekadar perbedaan linguistik, tetapi juga mencerminkan jalur perdagangan yang berbeda. 

Kala itu, bangsa Portugis yang pertama kali membeli "Cha" dari Fujian. Nah, "Cha" dalam dialek Fujian dilafalkan sebagai "tey". Secara perlahan, "Tee" mulai disukai juga oleh kalangan bangsawan Kerajaan Inggris. Pelafalan kata "Tee" kemudian berubah menjadi "Tea" oleh orang-orang Inggris. 

Belanda merupakan dua negara pertama, bersama dengan Portugis, yang menjadikan teh sebagai komoditas perdagangan. Bahkan, Inggris pernah menjadi langganan Belanda dalam membeli teh. Biasanya Belanda membeli teh dari Fujian, Tiongkok, kemudian dibawa ke Indonesia, tepatnya Banten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun