Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo-Jokowi Semakin Mesra, Perasaan Pendukungnya?

20 Oktober 2019   05:01 Diperbarui: 20 Oktober 2019   05:26 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita harus menegaskan kembali apa tujuan kita berpolitik. Sebagai masyarakat awam,  terkadang kita terbawa arus kelompok elit dimana berpolitik semata untuk merebut kekuasaan bukan untuk pembangunan.

***

Pemilu lalu masih menyisakan tanya dihati saya, energi bangsa yang banyak terkuras nampaknya tak membekas. Maksudnya, kita banyak menghabiskan energi ketika Pemilu namun perpolitikan kita seperti menganggap Pemilu sekedar angin lalu.

Bagaimana tidak, dalam kacamata awam, saya melihat dua kubu yang dulu berseteru mempertahankan idealisme masing-masing di kemudian hari seperti sepasang kekasih yang semakin mesra. 

Seakan-akan tidak pernah terjadi "percekcokan rumah tangga", apa yang terjadi masa lalu begitu mudah dilupakan. Alasannya, karena saking sudah jatuh cinta. Cinta memang buta.

Kemesraan Pak Prabowo dan Pak Jokowi yang kita lihat di TV, mengundang pertanyaan "apakah ini benar-benar demi keutuhan bangsa atau demi berkuasa?"

Bukannya mau suudzon, saya sih tidak terlalu mempermasalahkan kemesraan mereka. Hanya saja, kenapa tidak sejak awal mereka berterus terang bahwa perseteruan diantara mereka selama ini hanya "sandiwara".

Demi memperkuat citra masing-masing, seakan-akan mereka adalah dua Panglima yang sedang berperang. Pak Jokowi dianggap sebagai penguasa zalim di suatu negeri. Kemudian datang Pak Prabowo yang menyerang penguasa zalim itu dan seakan berniat "menyelamatkan" rakyat di negeri itu. Dipermukaan, mereka saling memperebutkan pengaruh di negeri ini.

Setidaknya begitulah yang saya perhatikan di media massa dan media sosial. Sang petahana bersikukuh akan menguasai negeri dan datang penantang yang beteriak lantang akan menyelamatkan rakyat dari penguasa zolim.

Kita yang melihat dari kejauhan, banyak yang tidak menyadari sandiwara ini. Karena para elit tidak berterus terang sejak awal bahwa ini hanya kontestasi biasa. Pemilu adalah format lain dari Indonesia Idol. Tapi, rakyat masih menganggap ini sebagai peperangan di medan jihad yang "menjamin masuk surga".

Memahami Realita Perpolitikan Nasional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun