Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menghindari Calo Taxi di Bandara Soekarno-Hatta

18 Desember 2011   02:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:07 4022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_150178" align="aligncenter" width="640" caption="Sopir taxi melewati bekas galangan kapal VOC sebagai salah satu jalan pintas menuju ke arah Hotel Batavia. Terasa sangat adanya nuansa Kota Batavia lama, apalagi jika gedung-gedung lama (ruko) disana dijadikan cagar budaya."][/caption] Sekitar pukul 15.00 WIB, Selasa (13/12) roda pesawat Lion Air yang kutumpangi dari Banda Aceh (BTJ) berderit menyentuh aspal landasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK). Meskipun pendaratan pesawat ini tidak tergolong soft landing, tetapi telah membuat semua penumpang sedikit lega. Sebab, penerbangan yang memiliki waktu tempuh 2 jam 50 menit itu telah mengantarkan penumpangnya dengan selamat sampai ke tujuan. Bandara Internasional Soekarno-Hatta merupakan bandara paling sibuk di Indonesia. Suasana itu makin terasa saat berada di lobby bandara. Manusia hilir mudik, ada yang berlari-lari kecil sambil menenteng koper, ada juga yang menunggu jemputan. Paling menjengkelkan saat sejumlah orang menawarkan taksi (setengah memaksa) dengan harga bawah yang murah. Aku menggeleng sembari mengatakan akan menumpang Damri Bandara. Kemudian aku berjalan ke arah terminal keberangkatan, sekitar 50 meter dari terminal kedatangan. Lalu menyeberangi jalan dari lobby terminal keberangkatan menuju ke arah stasion pemberangkatan Damri. Aku hanya berkilah akan menumpang Damri kepada calo-calo taksi itu, sebenarnya aku berencana akan menumpang taxi biru bermerk BB yang konsisten menggunakan argo. Tidak lama menunggu di depan stasion Damri Bandara, sebuah taxi biru berhenti untuk menurunkan penumpang. Dengan cepat aku naik menggantikan posisi penumpang yang turun itu. Kepada sopir taxi aku sebutkan alamat Hotel Batavia jalan Kali Besar Jakarta Barat. Dia mengaku tahu persis alamatnya, dulu nama hotel itu Omni Batavia. "Berarti kita melewati lokasi wisata sejarah kota Batavia," ungkap sopir taxi itu dengan ramah. Pengalamanku naik taxi dari Bandara Soekarno-Hatta menuju arah kota, biasanya sopir taxi akan mengambil jalur ke arah Ancol kemudian balik ke arah kota. Tetapi sopir taxi ini kelihatan sportif banget, dia menempuh jalur tol langsung ke arah kota, sehingga jarak tempuh makin dekat. Dia terus terang mengatakan bahwa jarak tempuh jalur itu lebih pendek. Apalagi sopir taxi biru itu mengambil beberapa jalan pintas untuk menghindari kemacetan, termasuk juga melewati bekas galangan kapal VOC di Jalan Kakap kawasan Penjaringan. Nuansa kota Batavia lama sangat terasa sepanjang jalan pintas yang ditempuh oleh sopir taxi itu. Memang benar, setibanya di depan lobby hotel Batavia jalan Kalibesar Jakarta, angka yang tertulis di argo hanya Rp.65 ribu. [caption id="attachment_150184" align="alignleft" width="300" caption="Menjelang masuk ke jalan di depan galangan kapal VOC Penjaringan Jakarta"][/caption] Biasanya, naik taxi resmi atau taxi gelap yang ada di Bandara Soekarno-Hatta menuju ke arah kota, langsung dibandrol Rp.150 ribu. Kalaupun menggunakan argo sebagaimana pengalamanku sebelumnya, angka yang tertulis di argo berkisar di atas Rp.100 ribu. Apakah mereka menggunakan "argo kuda" atau karena mengambil jarak tempuh yang lebih jauh, wallahualam. Karena pengalaman pahit itu, aku selalu mengelak dari tawaran calo-calo taxi yang banyak berkeliaran di lobby kedatangan Bandara Soekarno-Hatta. Mereka memang selalu katakan murah, nyatanya, setelah dibandingkan dengan taxi yang lain, baru terasa kalau kita sedang dikerjain. Manusia yang sehat jiwanya pasti tidak ingin ditipu berulang-ulang, makanya hindarilah sang penipu dengan trik-trik tandingan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun