Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Persiapkan Haji Sedini Mungkin dengan 10 Tips ini!

15 Desember 2018   00:59 Diperbarui: 29 Desember 2018   15:33 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat wukuf di Arafah pada musim haji 2007 (Foto: dokumen pribadi)

"Belum ada panggilan," begitu jawaban saya ketika ditanya "kapan naik haji?" Pertanyaan itu kerap terucap dari tuan rumah dan teman-teman yang sudah haji, ketika menghadiri acara syukuran pulang haji. Atau, saat teman-teman akan menunaikan ibadah haji.

Ditanya begitu, saya agak gelagapan. Jawaban paling ampuh yang sering saya dengar adalah "belum ada panggilan, mohon didoakan." Setelah jawaban itu, selesai, tidak ada lagi pertanyaan lanjutan. Paling-paling, mereka membalas dengan kata "Insya Allah."

Khawatir pertanyaan "kapan naik haji" akan berulang kembali, pernah terpikir untuk tidak menghadiri acara syukuran menunaikan ibadah haji. Namun, undangan itu tidak mungkin ditolak, datangnya dari teman sejawat. Mereka secara khusus bertandang ke rumah, dan mengundang saya.

Awal tahun 2005, saya bertekad mengakhiri jawaban klise "belum ada panggilan." Lha, kenapa? Iya. Setelah mendengar tausiyah Ustad Saleh Syamaun di Masjid Ruhama Takengon, saya sadar kenapa belum ada panggilan untuk saya.

Apa kata ustad itu? "Uang dalam tabungan sudah cukup untuk ONH, tetapi belum kunjung mendaftar. Itu artinya tidak ada niat berhaji. Lantas, bagaimana mau dipanggil haji, nama anda belum tercantum dalam daftar panggil."

Benarkah saya tidak berniat untuk berhaji seperti isi tausiyah Ustad Saleh Syamaun itu? Astagfirullah, ampuni saya Ya Rabb. Saya tersadar, sudah saatnya berhaji.

Saya tahu, saldo tabungan saya cukup untuk ongkos naik haji (ONH) bagi 2 (dua) orang. Lalu kenapa selama ini saya harus mencari-cari alasan untuk menunda menunaikan ibadah haji?

Ya sudah, yang lalu biarlah berlalu, sekarang "tekad bulat melahirkan perbuatan nyata," mengutip isi prasasti yang ditulis Bung Karno pada tugu Darussalam di Banda Aceh tahun 1959. Saya kepalkan tangan, dan setengah berteriak mengatakan "saatnya berhaji."

Sepulang acara tausiyah siang itu, saya langsung berkonsultasi dengan costumer service (CS) sebuah bank yang memasang spanduk "Menerima Setoran ONH." Sang CS berkemeja putih itu bernama Haji Amin, memberi saya aplikasi yang harus diisi untuk membuka rekening tabungan haji.

"Bapak harus setor dulu dalam tabungan haji ini Rp 20 juta supaya dapat nomor porsi," kata Haji  Amin.

"Nomor porsi itu apa?" tanya saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun