Mohon tunggu...
Muhammad Syafi'ie
Muhammad Syafi'ie Mohon Tunggu... -

Penulis 35 buku motivasi, Master Trainer Kekuatan Berpikir Positif

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hukum Rezeki

14 Agustus 2013   23:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:18 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alam telah didisain oleh Allah dengan rapi dan seimbang. Allah telah menetapkan hukum-hukum-Nya di alam ini, seperti hukum gravitasi, hukum sebab akibat, dan hukum kekekalan energi.

Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak bertambah dan berkurang. Ia hanya berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lain.

Semua benda di dunia ini memiliki energi, bahkan benda yang diam sekalipun terkandung energi potensial di dalamnya. Sebuah mobil yang semula diam, lalu bergerak, maka terjadi perubahan energi dari energi potensial menjadi energi listrik, energi gerak, dan seterusnya.

Lantas, apa kaitannya dengan rezeki? Hukum rezeki bisa diadaptasi dari hukum kekekalan energi. Rezeki yang kita peroleh, lalu kita salurkan kepada orang lain yang membutuhkan, sesungguhnya tidaklah hilang. Ia akan berubah bentuk dalam hal-hal positif. Bisa berupa rezeki lebih banyak, kesehatan, rumah tangga harmonis, anak saleh dan salehah, dan kebahagiaan.

Jika kita tulis dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut:

ΣR = HR

ΣR maksudnya adalah sejumlah rezeki yang kita infakkan, maka sejumlah itu pula hasil yang akan diperoleh (HR).

Lantas, bagaimana dengan kasus, kita sudah berinfak sekian, namun rasanya hasilnya belum sebanding dengan infak yang sudah dikeluarkan? Ternyata, rumus hukum rezeki belum selesai sampai di situ. Rumus lengkapnya adalah sebagai berikut:

ΣR = HR + TR

Sejumlah rezeki (ΣR) yang kita infakkan, maka sejumlah itu pula hasil yang akan diperoleh (HR) ditambah dengan tabungan rezeki (TR). Maksudnya, jika kita merasa sudah berinfak sekian, tapi HR belum sepadan, itu berarti disimpan sebagiannya dalam bentuk TR. TR ini sewaktu-waktu akan dicairkan pada saat kita sangat membutuhkan. Misalnya, ketika anak akan masuk sekolah dan butuh biaya, tiba-tiba kita dapat rezeki tak disangka-sangka. Sesungguhnya, bisa jadi itu merupakan pencairan TR.

Analoginya sama dengan kita menabung di bank. Sewaktu-waktu ketika kita dalam keadaan darurat dan membutuhkan uang, maka kita tinggal mencairkan tabungan di bank. Dan, pihak bank pasti mencairkannya. Namun, kalau kita tidak punya tabungan, bagaiman bisa kita mencairkannya?

Oleh karena itu, mari kita perbanyak ΣR positif, sementara HR dan TR tidak perlu kita pikirkan karena itu adalah keniscayaan.

Dalam hal ini, saya perlu mengingatkan bahwa jangan sampai kita melakukan ΣR negatif. Maksudnya, kita menggunakan sejumlah rezeki (ΣR) untuk hal-hal negatif atau dilarang agama. Karena, akan menghasilkan HR negatif dan TR negatif. Bentuknya bisa berupa sakit, musibah, bangkrut, rumah tangga berantakan, dan anak yang tidak saleh.

Al-Qur’an menerangkan, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri…”. (QS. Al-Isra [17]: 7).

Karena itu, perbanyak ΣR positif, dan hindari sejauh-jauhnya ΣR negatif agar rezeki kita berkah dan berlimpah, serta hidup kita damai dan bahagia.

Salam,

Muhammad Syafi'ie el-Bantanie, MBP

(Writer, Trainer, Speaker)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun