Mohon tunggu...
Moh. Samsul Arifin
Moh. Samsul Arifin Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka membaca dan menulis apa saja

Saya suka menulis, dan membaca apa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Lebaran: Liburan Panjang, Mudik, dan Santri Pulang, Sinyal pun Hilang

8 Mei 2021   15:54 Diperbarui: 8 Mei 2021   16:02 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: ANTARAFoto

Nampaknya sulit ya menemukan manusia tanpa jaringan internet hari ini. Sudah bukan lagi disebut gaya hidup, tapi malah menjadi kebutuhan hidup. Mau baca pelajaran dari PAUD sampai desertasi-desertasi terkenal di dunia tinggal klik aja. Bayar tagihan sampai beli CD (celana dalam) bisa dilakukan dari mana dan kapan aja. Mau komunikasi, mau informasi, mau transaksi, mau ngaji, mau gaji, mau ngelakuin hobi, pokoknya ada sinyal, semua bisa.

Tak terkecuali di sini, di Madura. Budaya baru yang dibawa oleh Media Baru (New Media) membaur dengan budaya yang sudah ada di masyarakat. Misal, Jual beli clurit dan arit/are' (celurit, senjata khas Madura. Arit / are' alat potong rumput) yang dulu hanya terjadi di pasar tradisional kini ada versi COD-nya. Begitu pula teknologi (mesin) pandai besi rakitan, dan sebagainya.

Orang Madura yang terkenal punya kemampuan adaptasi yang baik (bisa dilihat dengan banyaknya kelompok-kelompok Madura hidup aman berdampingan dimana-mana, di Indonesia dan di luar negeri sana), di negaranya sendiri (Madura) juga mampu beradaptasi dengan cepat dengan perkembangan jaman dan teknologi. Meskipun masih sebatas user, hehe

Intinya gini, makin banyak tugas manusia yang dibantu internet, makin besar pula ketergantungan kita terhadap kekuatan sinyal.

Di Madura, wabilkhusus di Bangkalan ada fenomena unik. Setiap liburan panjang, musim mudik atau mau hari raya, rasa-rasanya sinyal lelet banget ya. Apa mungkin karena banyak orang mudik, bandwidth internet dikeroyok rame-rame. Atau juga karena para adik-adik santri yang juga pulang dari pesantren juga rame-rame rebutan sinyal, sebab di pesantren tidak ada yang pake HP.

Beruntung yang kerjaanya masih tidak tergantung internet, semua terasa berjalan seperti biasa normalnya. Yang supir, nyetirnya aman, paling cuma agak macet aja. Yang reseller malah makin ramai dengan bertambahnya calon pembeli. Yang ternak, yang tani, hampir tidak ada gangguan sama sekali, semua pekerjaan leluhur, lancar, damai dan sejahtera.

Tapi bagi kami yang kerjanya sangat dibantu kekuatan sinyal, operator sekolah dan madrasah, operator media massa, online designer, media social management di instansi, pusat informasi dan publikasi lembaga kampus atau pendidikan serta kerjaan-kerjaan lain yang butuh koneksi internet lancar, akan sangat merasakan gangguan.

Di Madura, kebanyakan pemuda (juga pemudinya) adalah santri, mereka mondok di banyak pesantren baik yang di Madura sendiri atau di Jawa. Biasanya, jadwal libur di pesantren itu ada dua-tiga dalam setahun. Ramadhan sampai idul fitri, dan bulan Maulid Nabi (Rabiul Awal) atau Idul Adha.

Arus mudik (liburan) ada dua kelompok. Yang pertama mudiknya para perantau dari kota-kota besar, kedua mudiknya santri saat liburan panjang. Pada saat liburan inilah kami rasakan internet tidak bersahabat. Padahal kita tahu, pekerjaan-pekerjaan dengan internet biasanya tidak kenal hari libur (karena memang tidak terjadwal seperti pekerjaan lainnya, tapi tetap dituntut oleh deadline).

Salah siapa?

Beberapa teman saya bilang, ini gara-gara santri. "Mereka (santri) kan tidak pernah main hp di pesantren, jadi saat pulang, waktunya untuk online terus." Katanya pada saya setelah saya dimintai pendapat.

Yang lainnya bilang karena yang mudik. Dan sebagian lainnya lagi bilang, bukan karena kedua kelompok tertuduh, melainkan stabilitas sinyal internet memang dipengaruhi banyak hal. Gangguan dari pusatlah, maintenance server-lah atau mungkin hal-hal lain yang belum kita tahu.

Dalam masalah apapun, yang paling gampang adalah menemukan 'siapa yang salah,' jadi tiap orang silakan berpendapat tapi tetap saling menghargai. Toh misalnya karena santri, kasihan juga, mereka tiap hari, berbulan-bulan di pesantren tidak pernah online, sedangkan kita setiap hari tidak pernah prei. Toh misalkan karena yang mudik, ya biarkan saja, masak iya lebih menyayangi sinyal daripada saudara (misalnya harus memilih salah satunya).

Bagaimana solusinya?

Nah ini. Ini baru penting menurut saya. Langsung saja ya.

Pertama, gunakan internet sewajarnya. Saat mudik, baik santri atau pemudik dari rantau, gunakan waktu sebaik-baiknya bersama keluarga, teman dan tetangga. Gunakan internet pada saat-saat sangat dibutuhkan saja. Masak iya, saat di kota, jauh dengan orang tua, komunikasi dengan keluarga dengan menggunakan jaringan internet, setelah pulang dan bersama orang tua, malah sibuk komunikasi dengan teman di kota dengan internet.

Kedua, operator harus memfasilitasi kebutuhan masyarakat pengguna. Arus informasi yang begitu massif dan cepat membuat orang juga mudah berubah pikiran. Artinya, kewajiban memfasilitasi akan sinyal yang baik memang berlaku untuk operator apapun. Jika operator tidak maksimal, masyarakat sebagai pengguna juga dengan mudah pindah operator lainnya karena tingkat kepuasan yang buruk. Akibatnya apa, baik operator sebagai penyedia atau masyarakat sebagai pengguna layanan sama-sama tidak terpenuhi kebutuhannya.

Ketiga, kita semua harus menyadari bahwa, jaman sudah semakin maju dan sekaligus makin menuntut banyak pengorbanan. Baik waktu, tenaga dan pikiran manusia. Semua kita lakukan dan kita tukar dengan "peradaban." Asal tidak lupa tujuan kita apa. Bahwa manusia diciptakan untuk beribadah dan bertaqwa (QS. Al Baqarah: 21).

Jaringan internet, termasuk perangkat-perangkat alat teknologi komunikasi lainnya seharusnya menjadi sarana ibadah. Sehingga apapun yang tidak punya nilai ibadah; main game tanpa kendali waktu, spamming (mengirim membanjiri media dengan banyak pesan / data tidak penting), nonton online tanpa faedah dan kegiatan online lain yang tidak punya nilai ibadah seharusnya kita tinggalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun