Referensi: pengalaman pribadi dan teman penulis
Tulisan ini enggak bermaksud memecah-belah pertemanan ya. Penulis tetap memegang prinsip yang diajarkan oleh para pendahulu kita, Nabi Muhammad, yaitu ajaran beliau yang mengatakan,Â
"Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi," (HR. Bukhari-Muslim)
Dan, kalimat itu benar adanya dan penulis alami langsung. Saat itu, penulis pernah istilah memutuskan untuk tidak tegur sapa dan berkomunikasi dengan penulis.Â
Hasilnya, beberapa urusan penulis kayak dipersulit begitu saja. Baru ketika penulis berusaha untuk membuka diri dan menjalin silaturahmi lagi akhirnya urusan entah kenapa itu menjadi mudah begitu saja.Â
Lanjut ke pembahasan awal, bahwa circle pertemanan itu sangat mempengaruhi prestasi baik saat kita belajar atau bekerja. Ambil contoh, penulis pernah saat kelas 3 SMA, berusaha untuk duduk disatu meja yang anaknya itu rangking suasana.Â
Akhirnya, yang terbawa adalah suasana bersaing dan ingin menjadi yang terbaik.Â
Bahkan, apa pepatah yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang itu bisa dilihat dari teman sekitarnya. Apakah itu benar? Benar ternyata.Â
Lantas, apakah salah bila kita berteman dengan teman dalam notabene 'toxic'? Tentu tidak. Lantas, apa yang harus kita lakukan? Kalau menjauhi mereka, tentu kita sudah salah. Sebab, itu bertentangan dengan prinsip di paragraf awal tadi tentang keutamaan silaturahmi.Â
Lantas apa yang harus dilakukan? Tentu kita harus memfilter teman berdasarkan cita-cita dan pandangan kita. Beberapa tipe teman yang berada di sekeliling kita adalah sebagai berikut:
Tipe yang pertama,