Mohon tunggu...
Muhammad Ridwansyah Matondang
Muhammad Ridwansyah Matondang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IPB University

Mahasiswa IPB University dengan ketertarikan pada kesehatan mental dan finansal

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Manajemen Stress Mahasiswa dalam Transisi Perkuliahan Daring ke Luring

23 Mei 2022   10:33 Diperbarui: 23 Mei 2022   11:01 2104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sejak  tahun 2020 dunia dilanda bencana wabah covid-19. Setiap harinya covid-19 dilaporkan semakin meningkat karena sangat mudah ditularkan dan memiliki angka kematian yang tinggi. Penyebaran covid-19 berdampak begitu besar  terhadap dunia pendidikan, terutama pada Perguruan Tinggi. Untuk mengatasi penyebaran covid-19, pemerintah menerapkan kebijakan pembelajaran secara daring pada perkuliahan di Perguruan Tinggi. Pembelajaran secara daring di perguruan tinggi memerlukan berbagai pertimbangan baik secara situasional pandemi di Indonesia, hingga kesanggupan perguruan tinggi dalam menerapkan protokol kesehatan, maupun kondisi mahasiswanya sendiri. 

Dengan kebijakan pemerintah tersebut, proses pembelajaran mahasiswa di perguruan tinggi berubah menjadi pembelajaran daring dengan memanfaatkan information technology system jarak jauh seperti zoom meeting, google meet, webex, dan lain sebagainya. Pembelajaran secara daring terdapat kendala maupun hambatan seperti terputusnya koneksi internet, kuota internet kurang memadai, mengerjakan pekerjaan rumah, dan menumpuknya tugas kuliah, serta minimnya interaksi dalam perkuliahan baik dalam kelas maupun luar kelas. Hal ini menyebabkan mahasiswa merasa bahwa pembelajaran daring lebih berat daripada perkuliahan tatap muka atau luring. Pergeseran intensitas komunikasi selama pandemi covid-19 menyebabkan peningkatan tingkat stres dan kelelahan sebagai akibat dari peningkatan waktu di depan layar.

Setelah lebih dari satu tahun perkuliahan daring, banyak mahasiswa yang  merasa bosan dan ada juga mahasiswa sudah yang nyaman dengan kuliah daring. Melihat angka kasus harian Covid-19  yang mulai menurun, Pemerintah mulai mengizinkan perguruan tinggi untuk memulai perkuliahan tatap muka pada semester genap  secara terbatas dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Beberapa perguruan tinggi mewajibkan mahasiswanya untuk melakukan perkuliahan tatap muka secara terbatas namun ada juga  yang memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk memilih perkuliahan dilakukan secara tatap muka maupun secara daring (Hybrid).

Mahasiswa yang memilih untuk melakukan perkuliahan secara tatap muka atau pun yang diwajibkan perlu melakukan adaptasi kembali dan melakukan beberapa persiapan dalam jangka waktu yang terbilang cepat. Mulai dari mencari kos-kosan, mempersiapkan kebutuhan  finansial serta penyesuaian terhadap lingkungan baru. 

Berbagai bentuk perubahan yang terjadi saat ini akibat Covid-19 berdampak pada segala aspek bagi perkembangan remaja khususnya para mahasiswa dan mahasiswi. Perubahan tersebut membuat mereka burnout yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari tidak hanya saat kegiatan belajar mengajar. Ada lima efek dari burnout yang dapat dialami selama kegiatan perkuliahan saat pandemi, ada empat efek yang sangat dirasakan mahasiswa . Efek dari burnout yang dialami selama perkuliahan saat pandemi adalah kelelahan, sakit fisik, kehilangan motivasi, serta memiliki manajemen waktu yang buruk. Mahasiswa tidak merasa terisolasi selama kegiatan perkuliahan selama pandemi walaupun dilaksanakan dengan metode jarak jauh sekalipun.

Perubahan tersebut membuat mereka tidak bisa menahan diri untuk terus berpikiran irasional dan menjadi stres. Mereka mudah menangis, marah, berperilaku tidak seperti biasanya, dan lebih sering mengurung di kamar untuk melampiaskan kebosanannya, mudah mengkhawatirkan sesuatu hal, tidak tenang saat melakukan sesuatu dan terus berpikir bahwa akan ada peristiwa buruk yang terjadi di sekitarnya, mengalami gangguan tidur, hilangnya rasa percaya diri, cepat lelah dan tidak tertarik lagi untuk melakukan hal yang disukainya. Remaja menjadi lebih sering berpikiran negatif dan jika kondisi mentalnya terus menerus seperti itu, ditakutkan remaja tersebut nantinya bisa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap mahasiswa IPB University di rentang usia 18 sampai 21 tahun dan yang pernah melaksanakan pembelajaran tatap muka saat pandemi menunjukkan bahwa  lebih dari setengahnya mengatakan perkuliahan tatap muka kurang efektif. Kegiatan pembelajaran mahasiswa IPB telah dilakukan secara daring selama kurang lebih dua tahun. Pada semester genap 2021/2022 IPB mengeluarkan surat edaran mengenai perkuliahan yang sudah dapat dilakukan dengan sistem luring secara bertahap sesuai kebijakan departemen masing-masing.

Keberlangsungan PTM secara bertahap hanya efektif pada satu minggu pertama, selebihnya masih dalam penyesuaian akibat melonjaknya kasus Covid-19. Kondisi yang masih sangat tidak stabil dan dapat berubah kapan pun mengharuskan mahasiswa IPB dapat beradaptasi dalam situasi daring maupun luring. Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi ini mengakibatkan mahasiswa IPB mengalami stres dan kelelahan saat melakukan pembelajaran baik secara daring maupun luring.

Perkuliahan dengan metode tatap muka mengalami beberapa kendala pada mahasiswa yang mengakibatkan perkuliahan menjadi kurang atau tidak efektif. Kendala-kendala yang paling banyak dirasakan mahasiswa adalah khawatir akan potensi penularan Covid-19. Seperti yang kita ketahui kasus Covid-19 di Indonesia masih sangat tinggi dan penyebaran virus yang sangat cepat. Selain itu kondisi tubuh yang mudah drop seperti mudah lelah dan mudah stres menjadi kendala perkuliahan secara tatap muka.

Kendala yang terakhir adalah biaya hidup yang tinggi dan kurangnya manajemen waktu menjadi salah satu kendala saat perkuliahan tatap muka. Berdasarkan  penelitian juga menunjukkan mayoritas mahasiswa mengalami burnout secara kadang-kadang, lalu disusul beberapa mahasiswa yang sering mengalami burnout dengan siklus efek dari burnout selama pembelajaran di tengah Pandemi Covid-19 setiap mahasiswa berbeda-beda. Pada efek burnout menunjukkan rata-rata atau lebih dari 50% total responden bahwa mahasiswa merasakan kelelahan, sakit fisik, kehilangan motivasi, dan manajemen waktu yang buruk. 

Hal ini perlu dilakukan pencegahan dan cara mengatasinya agar mahasiswa dapat melakukan perkuliahan dengan manajemen stress akademik yang baik. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa salah satu  cara mengatasi efek burnout adalah tidur yaitu dengan mayoritas mahasiswa menghabiskan waktu untuk tidur selama 3-5 jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun