Mohon tunggu...
Muhammad Reza Santirta
Muhammad Reza Santirta Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Apa yang Membuat Kajian Sastra Lebih Teoretis daripada Artistik

22 Oktober 2019   14:11 Diperbarui: 29 November 2019   21:16 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sastra merupakan karya seni yang bermediumkan bahasa. Kita semua tentu mengamini pengertian tersebut. Sebagaimana seni yang menekankan aspek keindahan, bahasa sastra mengandung unsur yang membuat pembaca tergugah. Nilai keindahan, keunikan, dan kreativitas menjadi sesuatu yang tersemat pada karya seni termasuk sastra.

Untuk menjelaskannya diperlukan pengertian antara kesenian dengan kesusastraan. Seni diartikan sebagai ungkapan perasaan manusia yang mempunyai nilai keindahan. Akal, perasaan, dan hati menjadi manifestasi pengumpul beberapa kejadian yang akhirnya menjadi pengalaman. Hal itu akan dapat membentuk sebuah ide untuk diwujudkan dalam suatu tindakan.

Hal ini tergantung pada kemampuan nalar dan kreativitas manusia. Sebagaimana makhluk Tuhan, manusia dianugerahi kemampuan kreativitas yang menjadikan suatu tindakannya bewarna. Termasuk pula dalam kesusastraan. Manusia memanifestasikan pengalaman atas suatu kejadian dalam penciptaan karya seni. Pengungkapan bahasa menjadi sarana yang mampu menyentuk ke dalam ekspresi batin manusia terkait urutan kronologis suatu kejadian. Inilah sebabnya sastra dikatakan sebagai cerita yang disajikan dengan menggunakan keindahan bahasa.

Kita sekarang menuju pada pengertian sastra. Istilah ini memiliki asbabun nuzul dari bahasa Sansekerta yang berarti panduan, pedoman, atau perintah dalam teks maupun suara. Bahasa yang diungkapkan oleh manusia mengandung berbagai ragam sesuai dengan maksud ataupun konteks yang terjadi. Terutama dalam kesenian bahasa, manusia mengungkapkan fenomena yang dialami dengan keindahan bahasa. Semua itu tercermin dari olah rasa yang disesuaikan dengan pengalaman. Inilah mengapa, memahami proses kreatif dalam kesusastraan sangatlah penting.

Jadi, sastra merupakan kesenian yang bermediumkan bahasa. Semestinya, kajiannya lebih bertumpu pada membangun kreativitas dan keterampilan berbahasa. Namun, prakteknya sangat berbeda apabila teman-teman kuliah di Jurusan Sastra. Kita akan berfikir bahwasanya jika kita mengikuti setiap perkuliahan yang dilaksanakan, akan ditemukan adanya pembelajaran tentang cara membuat novel, cerpen, puisi, maupun karya sastra lainnya. Namun, nyatanya berbeda.

Kita akan dikenalkan dengan beberapa teori yang menyangkut tentang bahasa dan masyarakat. Sesuai definisi, sastra sebagai ilmu adalah suatu kajian yang dilakukan dengan menyelidiki tentang karya sastra secara ilmiah dengan berbagai gejala dan masalah sastra. Karya tersebut tidak dikaji dari aspek kesenian seperti teknik penulisan maupun polanya. Sastra disini diartikan sebagai lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium dan bahasa dinyatakan sebagai ciptaan sosial.

Sastra disini dikaji dari segi filsafatnya. Mulai dari konteks pemikiran tentang epistemologi sastra maupun eksistensi yang melingkupinya. Lingkungan kesusastraan yang memengaruhi pengarang adalah pusat kajiannya. Padahal, filsafat sendiri dibangun dengan kreativitas penciptaan pemikiran dengan seperangkat bahasa, maknanya, maupun konteks yang melingkupinya.

Inilah yang menjadikan Jurusan Sastra lebih berorientasi pada kritik dan kajian sastra. Hal ini juga berangkat dari sejarah pembentukan bahasa Indonesia sebagai bagian dari identitas sosial. Sebab, Indonesia pada tahun 1900-an masih menggunakan bahasa Melayu lama. Selain itu, karya sastranya masih berlatar lingkungan kerajaan atau istana sentris. Sehingga, aspek nilainya tidak lepas dari budaya setempat.

Kemudian, mulailah muncul pusat kajian bahasa setelah dilaksanakannya Sumpah Pemuda. Sekolah yang mengkaji bahasa dibentuk sebagai upaya mempertahankan bahasa Indonesia. Maka dari itu, dibentuklah akademi Jurusan Bahasa hingga terbentuk beberapa jurusan bahasa.

Inilah yang kemudian menjadi standar kompetensi yang diterapkan dalam beberapa jurusan bahasa di beberapa universitas. Kita akan dikenalkan tentang ilmu bahasa murni linguistik sebagai ilmu bahasa, semiotik (ilmu tanda), semantik (ilmu makna), sintaksis (ilmu makna), pragmatik (ilmu tentang maksud), hingga morfologi (ilmu pembentuk morfem atau satuan bahasa). Ilmu bahasa terapan ada sosiolinguistik (ilmu bahasa yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat), politik bahasa, bahasa hukum, psikolinguistik (ilmu psikologi bahasa), hingga bahasa jurnalistik.

Kemudian ada ilmu sastra. Ilmu tersebut diantaranya stilistika (gaya bahasa), estetika (keindahan), penulisan kreatif, teori sastra, sosiologi sastra, psikologi sastra, telaah prosa, telaah puisi, hingga sejarah sastra. Kemudian ada ilmu filologi yang menyangkut kajian seputar naskah lama. Biasanya kita akan menemukan kajian tentang kodikologi (ilmu tentang pengodean naskah), bahasa Jawa Kuna, bahasa Belanda, bahasa Melayu, bahasa Arab, dan bahasa Melayu Lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun