Mohon tunggu...
Muhammad Rafli
Muhammad Rafli Mohon Tunggu... Freelancer - Kenthirpedia

Wani ngobong, wani guyang!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Seorang Bucin Menghancurkan Sebuah Negara (Part I)

30 Maret 2020   15:14 Diperbarui: 30 Maret 2020   15:17 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Situs Makam Ratu Malang terletak di Gunung Kelir, Pleret, Kabupaten Bantul. Situs komplek makam yang menyimpan kisah pilu seorang Permaisuri kesayangan Sri Susuhunan Amangkurat I Raja Keraton Kedhaton Pleret yang tercatat baik di literatur tradisional maupun catatan milik Belanda. 

Hawa angker langsung merasuk ketika saya menjejakkan kaki di puncak Gunung Kelir. Nyanyian yang ditimbulkan oleh gesekan bambu yang diterpa angin langsung menyambut setibanya saya di puncak. 

Dalam situs ini terdapat sebuah komplek pemakaman, sebuah sendang, dan sebuah batu yang biasa digunakan oleh para penghayat kejawen sebagai tempat untuk bersemedi kepada hyang.

Permaisuri Sunan Amangkurat I yang dimakamkan disini adalah Ratu Wetan (ketika itu lumrah di Keraton Mataram bila raja memiliki dua permaisuri yang dinamai Ratu Kulon dan Ratu Wetan) yang lebih dikenal sebagai Ratu Malang.

Ratu Malang awalnya adalah seorang istri dalang yang bernama Ki Panjang Mas. Tapi kemudian, Amangkurat I yang tertarik pada paras cantiknya pun mengambil langkah nekat yakni membunuh Ki Panjang Mas lalu memakamkannya di Gunung Kelir lantas memboyong Ratu Malang ke Keraton Kedhaton Pleret yang saat itu sedang mengandung putra dari Ki Panjang Mas.

Amangkurat yang terpesona wajah cantik permaisuri barunya ini pun semakin meninggalkan urusan negara dan semakin sibuk dengan kisah asmaranya dengan Ratu Malang. 

Adapun Ratu Malang sendiri masih dirundung kesedihan karena mengenang suaminya yang dibunuh oleh Sang Sunan yang terkenal memiliki tangan dingin.

Tentu, hal ini menimbulkan ketidakpuasan atas pemerintahan Amangkurat I sehingga menimbulkan lebih banyak gejolak yang memang sudah panas sejak ditinggal oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Pada suatu hari, Ratu Malang yang masih dirundung duka tewas mendadak. Amangkurat menilai kematiannya tidaklah wajar. Karena Ratu Malang mengeluarkan cairan dari mulutnya ketika ditemukan meninggal. Amangkurat pun murka dan membantai para dayang dengan cara mengurung mereka di ruangan gelap tanpa memberi makanan hingga akhirnya para dayang itu mati.

Kematian Ratu Malang sangat berpengaruh dalam jiwa Amangkurat. Bahkan ia berniat menjadikan putra Ki Panjang Mas yang lahir dari rahim Ratu Malang sebagai pewaris tahtanya. Kematian Ratu Malang berpengaruh selama 4-5 tahun kekuasaannya. 

Dikatakan dia sering tidak hadir di acara-acara Kerajaan ataupun rapat dengan pejabat VOC. Amangkurat lebih suka bersemedi di Gunung Kelir untuk meratapi kematian istri tercintanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun