Pada akhirnya, pertanyaan apakah smartphone itu sahabat atau musuh bukanlah tentang smartphone itu sendiri, melainkan tentang bagaimana cara kita sebagai pengguna mengelola fungsi dari smartphone. Smartphone hanyalah alat, bergantung pada kita para pengguna dapat memberdayakannya untuk belajar, berkolaborasi, dan terhubung, atau sebaliknya membiarkan alat itu mengganggu fokus kita, merenggangkan hubungan, dan memicu kecemasan. Inti dari perkembangan diri bukanlah dari ketiadaan teknologi, melainkan pada kemampuan kita mengendalikan teknologi itu sendiri. Oleh karena itu, kita harus bisa menemukan titik tengah di antara dunia digital dan dunia nyata. Dengan kesadaran diri, smartphone bisa kita manfaatkan sebagai sahabat yang membantu pertumbuhan, tanpa membiarkannya menjadi musuh yang menghambat perkembangan kita.Â
DAFTAR PUSTAKA
Ghofururrohim, N. M., Wicaksono, R. N., & Faristiana, A. R. (2023). Pengaruh smartphone terhadap anak usia dini. Education : Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan, 3(2), https://journal.stiestekom.ac.id/index.php/Education/article/view/340 1.Â
Ainul Fadilah, Nindia Pratitis, & Amanda Pasca Rini. (2022). Perilaku phubbing pada remaja: Menguji peranan kontrol diri dan interaksi sosial. INNER: Journal of Psychological Research, 2(2), 150-159. https://aksiologi.org/index.php/inner/article/view/499 Retrieved from
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI