Mohon tunggu...
Muhammad Luqman
Muhammad Luqman Mohon Tunggu... Teknisi - Teknisi Design

Alam menginspirasi, manusia berimajinasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Dampak Perubahan Iklim terhadap Sumber Daya Air: Menghadapi Masa Depan yang Tidak Pasti

15 Mei 2024   22:47 Diperbarui: 15 Mei 2024   22:56 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kekeringan. (Dokumen Pribadi/AI)

Bayangkan suatu pagi di tahun 2050. Anda bangun, menyalakan keran, dan hanya ada tetesan air yang keluar. Krisis air bukan lagi sekadar berita, melainkan kenyataan yang mengancam. Perubahan iklim tidak hanya membuat hari-hari lebih panas, tetapi juga mengubah cara kita mengakses salah satu sumber kehidupan paling mendasar: air. Mari kita telaah bagaimana perubahan iklim mempengaruhi ketersediaan dan kualitas air, serta strategi adaptasi yang bisa diambil untuk mengurangi dampaknya.

Peningkatan Frekuensi Bencana Alam: Banjir dan Kekeringan yang Mengguncang

Perubahan iklim telah menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam seperti banjir dan kekeringan. Kedua fenomena ini memiliki dampak yang sangat berbeda namun sama-sama merusak.

  • Banjir: Curah hujan yang ekstrem, yang kini semakin sering terjadi, mengakibatkan banjir besar di banyak wilayah. Banjir tidak hanya merusak infrastruktur tetapi juga mencemari sumber air bersih. Air banjir yang bercampur dengan limbah dan bahan kimia membuat air minum tidak lagi aman. Menurut laporan dari World Resources Institute, peningkatan curah hujan akibat perubahan iklim diprediksi akan memperparah risiko banjir di banyak kota besar dunia .
  • Kekeringan: Di sisi lain, banyak daerah menghadapi kekeringan yang berkepanjangan. Kekeringan mengakibatkan sumur-sumur mengering, sungai menyusut, dan lahan pertanian menjadi tandus. Tanpa air yang cukup, tanaman layu, ternak mati, dan mata pencaharian hancur. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal *Nature Climate Change* menunjukkan bahwa perubahan iklim akan meningkatkan frekuensi dan intensitas kekeringan di wilayah tropis dan subtropis .

    Bayangkan petani yang bergantung pada hujan untuk irigasi, tiba-tiba menghadapi musim kemarau yang panjang. Tidak ada air berarti tidak ada panen. Tidak ada panen berarti tidak ada makanan dan pendapatan. Situasi ini bukan lagi fiksi ilmiah, melainkan realitas yang dihadapi oleh banyak komunitas di seluruh dunia.

Ilustrasi Sistem Penyimpanan Air Bersih. (Dokumen Pribadi/AI)
Ilustrasi Sistem Penyimpanan Air Bersih. (Dokumen Pribadi/AI)

Adaptasi Sistem Irigasi dan Pengelolaan Air

Untuk menghadapi tantangan ini, inovasi dalam sistem irigasi dan pengelolaan air menjadi sangat penting. Salah satu contohnya adalah penggunaan teknologi irigasi tetes yang efisien. Teknologi ini mengantarkan air langsung ke akar tanaman, mengurangi pemborosan dan menghemat air secara signifikan.

Selain itu, pembangunan waduk dan reservoir membantu menyimpan air selama musim hujan untuk digunakan selama musim kemarau. Di beberapa daerah, teknologi pengolahan air limbah juga telah dikembangkan untuk mendaur ulang air yang digunakan, menjadikannya layak untuk digunakan kembali. Artikel dari Journal of Environmental Management mencatat bahwa teknologi pengolahan air limbah dapat mengurangi tekanan pada sumber daya air bersih hingga 40% di daerah-daerah yang mengalami kekeringan .

Namun, teknologi saja tidak cukup. Penting juga untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan petani dalam mengelola sumber daya air mereka. Pelatihan dan pendidikan tentang praktik irigasi yang efisien dapat membantu mengurangi dampak kekeringan dan memastikan keberlanjutan pertanian.

Kebijakan Internasional dan Nasional: Tindakan yang Harus Diambil Sekarang

Perubahan iklim adalah masalah global yang memerlukan solusi global. Kerjasama internasional sangat penting untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air. Contoh terbaik adalah Perjanjian Paris, di mana negara-negara berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan membatasi kenaikan suhu global. Menurut laporan UN Water, implementasi kebijakan Perjanjian Paris dapat mengurangi risiko bencana air hingga 20% pada tahun 2030 .

Di tingkat nasional, banyak negara telah mengadopsi kebijakan untuk melindungi sumber daya air mereka. Misalnya, beberapa negara menerapkan kebijakan konservasi air yang ketat, seperti pembatasan penggunaan air saat kekeringan dan insentif untuk penggunaan teknologi hemat air. Indonesia, misalnya, melalui program Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA), berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi air .

Namun, kebijakan saja tidak cukup. Implementasi dan penegakan kebijakan ini sangat penting. Pemerintah perlu memastikan bahwa peraturan diikuti dan bahwa sumber daya dialokasikan untuk proyek-proyek yang mendukung adaptasi perubahan iklim.

Menghadapi Masa Depan dengan Harapan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun